Jakarta, tvOnenews.com - Nelayan di Kabupaten Bintan menyuarakan penolakan tegas terhadap rencana pemerintah yang akan membuka kembali ekspor pasir laut.
Mereka khawatir aktivitas ini dapat mengancam kelangsungan hidup, terutama di area tangkapan ikan di perairan Bintan.
Tarmidi, seorang nelayan asal Desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, menegaskan bahwa ekspor pasir laut akan sangat merugikan nelayan.
"Kalau ekspor pasir laut dibuka di Bintan, jelas kami yang kena dampaknya," ungkapnya.
Ia menjelaskan, proses penyaringan pasir akan merusak ekosistem laut, menyebabkan air menjadi keruh, dan mengurangi hasil tangkapan harian.
"Air jadi kotor, ikan kabur, tangkapan kami pasti menurun," tambahnya pada Senin (16/9/2024).
Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Bintan, Syukur Haryanto, juga dengan tegas menolak rencana tersebut.
Ia mengingatkan bahwa keputusan Presiden Jokowi untuk kembali membuka keran ekspor pasir laut akan berdampak buruk, tidak hanya bagi nelayan, tapi juga lingkungan sekitar.
"Kami tidak melihat ada manfaat bagi nelayan dari ekspor pasir laut ini, yang ada justru kerugian besar," kata Syukur.
Syukur juga menyoroti tiga lokasi di Kepulauan Riau yang masuk dalam wacana ekspor, yaitu Kabupaten Bintan, Karimun, dan Lingga.
Sebagai informasi, rencana pembukaan ekspor pasir laut tertuang dalam Permendag Nomor 20 Tahun 2024 dan Permendag Nomor 21 Tahun 2024, yang merupakan perubahan atas regulasi sebelumnya terkait barang yang dilarang untuk diekspor serta kebijakan pengaturan ekspor. (aag)
Load more