- Tak Mampu Bayar Uang Sekolah, Ijazah Pelajar Medan Ditahan
Sebelumnya, pada Selasa, 7 Mei 2024, tvOnenews.com mengabarkan soal insiden seorang pelajar tidak mampu bayar uang sekolah yang berimbas ijazah ditahan di SMA Negeri 12 Kota Medan.
Dalam pemberitaannya, bahwa kejadian memilukan itu terjadi terhadap seorang pelajar SMA Negeri 12 Medan.
Pasalnya, ijazahnya ditahan karena tidak mampu melunasi uang sekolah atau (uang SPP).
Kabar tersebut viral di media sosial Instagram, hingga menuai komentar pedas netizen.
Dari keterangan media sosial yang menyebarkan kabar tersebut, menjelaskan, orang tua murid atau pelajar tersebut, Mawarni (46), bercerita, bahwa ijazah anaknya ditahan sudah satu setengah tahun di SMA N12 Medan.
Katanya, ditahan sejak lulus tahun 2023 silam, akibat tidak mampu melunasi tagihan iuran uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).
Akibatnya, anaknya terancam tidak bisa melanjutkan cita-citanya.
"Ijazah masih ditahan, tunggakan SPP Tiga Juta Empat Ratus Ribu Rupiah, angsuran SPP per bulannya Rp160 ribu rupiah. Kami tak mampu bayar," ujar Mawarni, seperti yang dikutip tvOnenews.com, Selasa (7/5/2024).
Mawarni selaku orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah plat merah itu sudah berupaya mencari dana maupun bantuan dari semua pihak.
Akan tetapi apalah daya, keluarga dari kalangan kurang mampu ini hanya bisa pasrah akan keadaan.
Diketahui, atas ketidakmampuan ekonominya, Mawarni juga mengaku tercatat sebagai penerima bantuan pemerintah lewat Program Keluarga Harapan (PKH).
Oleh karena itu, ia berharap ada donatur untuk meringankan biaya tunggakan SPP anaknya di Sekolah SMA N 12 Medan untuk dapat melunasi tagihan uang sekolah anaknya itu.
Selain itu, dari keterangan media sosial tersebut juga menuliskan tentang tanggapan Kepala Sekolah SMA Negeri 12 Medan Theresia Sinaga yang diwakilkan Humas SMA N 12 Sri.
Sri mengatakan, bahwa harusnya orang tua murid mendahulukan pembayaran uang sekolah jika memang orang tua murid penerima bantuan dari pemerintah.
"Kan, kalau penerima program pemerintah itu menerima bantuan tunai. Tentunya yang pertama dilakukan ya membayar uang sekolah," kata Sri seperti yang dikutip dari media sosial Instagram matarakyatmedan, Selasa (7/5/2024).
Kemudian, ditanya soal kewajiban membayar uang SPP di Sekolah SMA N 12 Medan, meski warga tersebut merupakan kalangan warga tak mampu, Sri jelaskan, pungutan uang SPP setiap bulannya, itu wajib. Hal ini, kata dia, sudah dilakukan melalui rapat komite.
- Dokter Muda PPDS Anestesi Undip Ditemukan Tewas Mengenaskan
Selain peristiwa pendidikan di Kota Mendan, Semarang juga punya cerita mengerikan di dunia pendidikan.
Yakni, soal dokter muda Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran (FK) Prodi Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) bunuh diri di kamar kosnya pada Senin (12/8/2024) sekira pukul 23.00 WIB.
Dalam penjelasan Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono, bahwa korban berinisial AR ini ditemukan sudah tidak bernyawa dalam posisi miring seperti orang sedang tertidur.
Tampak pula wajahnya yang sudah mulai kebiruan. Melihat hal itu, pihaknya pun langsung memanggil dokter.
Berdasarkan keterangan dari dokter, AR meninggal dunia karena obat yang disuntikkan sendiri ke dalam tubuhnya.
"Obat untuk pelemas otot. Saya enggak bisa ngomong. Yang bisa ngomong dokter. Tapi obat itu seharusnya lewat infus," ujar Agus, Rabu (14/8/2024).
Kemudian, belakangan peristiwa ini terkuak, bahwa munculnya niat bunuh diri, karena dokter muda itu kerap di bully oleh seniornya di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Undip.
Sebab, di buku hariannya ia terlihat tertekan serta pernah menceritakan kepada keluarganya bahwa ia sering dipaksa melakukan hal tak wajar oleh seniornya.
Meski demikian pihak Undip membantah bahwa Aulia Risma melakukan bunuh diri karena dibully seniornya.
Kini, terungkap cerita dari sang tante bernama Vieta bahwa Aulia Risma sering bercerita tentang tingkah laku senior di PPDS Undip yang terkadang tak masuk akal.
Di dalam wawancara dengan tim Fakta tvOne, Vieta menceritakan bahwa keponakannya itu sering kali mengeluh soal kehidupannya sebagai dokter sekaligus mahasiswi PPDS.
Pernah keponakannya itu tiba-tiba diminta membelikan rokok untuk senior di waktu yang tidak wajar, seakan sengaja mengerjai dokter muda tersebut.
Load more