Ary menyatakan, isu kesehatan mental telah ia prediksi akan menjadi masalah besar sejak 25 tahun yang lalu. Menurutnya, kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk menjalankan profesi apapun tanpa didukung kecerdasan emosional dan spiritual.
“Seperempat abad kemudian (sekarang) menggema di mana-mana (isu mental health). Ini membuktikan kecerdasan intelektual tidak cukup menjalankan profesi apapun,” ujar Ary.
Ia pun mengusulkan lima langkah untuk mencegah masalah kesehatan mental, khususnya di lingkungan pendidikan kedokteran.
"Pertama, memberikan bekal kecerdasan spiritual kepada para dokter. Kedua, membekali mereka dengan kecerdasan emosional agar mampu merespons masalah secara cepat dan tepat," imbuhnya.
Langkah ketiga, kampus harus melakukan penyaringan (screening) calon mahasiswa agar sesuai dengan kompetensi. ESQ sendiri, menurut Ary memiliki life tools yang bernama TalentDNA. Ia menyebut bahwa 70 persen mahasiswa memilih jurusan yang salah.
“Pencegahannya dilakukan di awal sebelum masuk, atau kalau sudah terlambat, minimal mahasiswa dan pembimbingnya harus menyadari hal ini,” lanjut Ary.
Lalu kelima, jika langkah-langkah tersebut belum cukup, maka dosennya harus dibekali ilmu untuk mengatasi masalah kesehatan mental ini.
Load more