Menurutnya, anak seusia remaja mudah terkecoh dan mengakibatkan pada hal-hal yang fatal.
"Kadang ada hal yang memicu sedikit saja, emosinya langsung meningkat dan berujung kepada insiden perkelahian dan pada akhirnya ada pihak korban yang mengalami dampak fisik yang fatal," ungkapnya.
Selain itu, Aris menjelaskan, faktor lain selain emosi yang juga menjadi pemicu anak bisa melakukan tindak kekerasan adalah kondisi mental anak dan pengaruh lingkungan serta media.
"Iya, saya kira situasi pertemanan mental anak (remaja rentan konflik). Mungkin juga pengaruh media, pengaruh lingkungan, sangat rentan kemudian terjadi gesekan yang bisa memicu konflik di antara mereka. Sehingga berujung perkelahian," kata Aris.
Sejauh ini, Aris mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak sekolah dan memastikan bahwa korban mendapatkan penanganan dan perhatian dari pihak satuan pendidikan.
"Kami memantau dan berkoordinasi dengan pihak sekolah. Soal proses penyelidikan atau pemeriksaan dari kepolisian sekarang sedang berlangsung. Ya kita tunggu saja informasinya," ucap Aris.
Diketahui, siswa MA As-Syafiiyah, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan berinisial AAP (16) kritis setelah diduga dianiaya oleh kakak kelasnya.
Load more