Jakarta, tvOnenews.com - KPAI turut menyoroti kasus penganiayaan terhadap Afdal Ali (16) siswa MA As-Syafi'iyah di Jakarta Selatan.
Komisioner KPAI, Aris Adi Leksono mengatakan bahwa peristiwa ini termasuk bentuk kekerasan pada anak yang terjadi di satuan pendidikan.
Menurut Aris, insiden kekerasan ini bisa terjadi karena adanya berbagai pemicu. Seperti misalnya dipicu oleh emosi yang tidak terkontrol pada usia anak menjelang remaja.
Aris menjelaskan, emosional yang ada pada anak seusia menjelang remaja tengah berapi-api.
Menurutnya, anak seusia remaja mudah terkecoh dan mengakibatkan pada hal-hal yang fatal.
"Kadang ada hal yang memicu sedikit saja, emosinya langsung meningkat dan berujung kepada insiden perkelahian dan pada akhirnya ada pihak korban yang mengalami dampak fisik yang fatal," ungkapnya.
Selain itu, Aris menjelaskan, faktor lain selain emosi yang juga menjadi pemicu anak bisa melakukan tindak kekerasan adalah kondisi mental anak dan pengaruh lingkungan serta media.
"Iya, saya kira situasi pertemanan mental anak (remaja rentan konflik). Mungkin juga pengaruh media, pengaruh lingkungan, sangat rentan kemudian terjadi gesekan yang bisa memicu konflik di antara mereka. Sehingga berujung perkelahian," kata Aris.
Sejauh ini, Aris mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak sekolah dan memastikan bahwa korban mendapatkan penanganan dan perhatian dari pihak satuan pendidikan.
"Kami memantau dan berkoordinasi dengan pihak sekolah. Soal proses penyelidikan atau pemeriksaan dari kepolisian sekarang sedang berlangsung. Ya kita tunggu saja informasinya," ucap Aris.
Diketahui, siswa MA As-Syafiiyah, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan berinisial AAP (16) kritis setelah diduga dianiaya oleh kakak kelasnya.
Kuasa hukum keluarga korban, Saut Hamonongan, mengatakan AAP masih terbaring di ICU RS Budhi Asih, Jakarta Timur.
Ia mengungkapkan, korban masih dalam kondisi koma setelag menjalani operasi di bagian kepala.
"Masih (koma), iya. Masih di ruang ICU. Dari tanggal 8-10 Oktober, hari ketiga lah ini. Itu masih dibatasi untuk penjengukan," ungkap Saut, Kamis (10/10/2024).
Saut menuturkan, korban mengalami benturan keras di kepala diduga akibat diinjak oleh pelaku.
Bahkan, ia menyebut bekas injakan sepatu pelaku masih terlihat saat korban dibawa ke rumah sakit.
"Korban juga sudah dilakukan operasi per tanggal 9 di bagian kepala karena ada benturan yang sangat keras. Mungkin akibat injakan dari sepatunya yang sangat keras, itu dia harus dioperasi, dan setelah dioperasi masih tetap tidak tidak sadarkan diri," kata dia.
"Itu juga diperkuat oleh orangtuanya. Karena bekas telapak sepatu itu masih kelihatan jelas waktu dibawa ke rumah sakit. Mungkin saking kuatnya, tenaga dalam dikeluarkan, itu membekas," imbuhnya. (rpi/raa)
Load more