Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono baru saja dilantik oleh Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Periode 2024-2029, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, di Istana Merdeka, pada Senin (21/9/2024).
“Ini saya mendapatkan kepercayaan kembali untuk memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak menjadi sulit. Kalau sekarang ibaratnya mau balapan itu udah start engine ya. Kita tinggal secara melaju untuk mencapai yang kita cita-citakan,” kata Sakti, di Gedung KKP, pada Senin (21/10/2024).
Lebih lanjut Sakti mengungkapkan ada lima kebijakan ekonomi biru untuk mencapai Indonesia Emas yang menjadi trobosannya. Kebijakan ini memiliki tagline bagaimana ekologi itu harus seimbang.
“Jadi tagline-nya adalah bagaimana ekologi itu balance. Bagaimana bisa seimbang, bisa balance antara desakan ekonomi dan kemudian kita juga di sisi lain harus menjaga ekologi yang baik,” ucap Sakti.
Sakti mengatakan lima kebijakan ekonomi biru yang pertama adalah melindungi laut dan sumber dayanya. Hal ini dilakukan dengan cara memperluas konservasi laut.
“Kebijakan satu adalah luasan konservasi. Itu menjaga pulau kecil dan pesisir terhadap interesting atau tekanan keinginan ekonomi. Karena memang satu sisi ekonomi juga gak bisa ditahan dan itu harus kita jaga dengan baik. Nah program ini tinggal jalan,” jelas Sakti.
Koservasi laut ini dalam lima tahun ke depan agar bisa lebih baik, didukung dengan Project Lautra, pengembangan dan Debt Swap.
“Debt Swap ini kalau kita hutang, salah satunya hutang kita kepada negara lain yang kita bisa konversi menjadi tidak perlu membayar ke sana. Tapi kita rubah menjadi untuk pembiayaan kelestarian lingkungan seperti rehabilitasi mangrove, rehabilitasi padang lamun, rehabilitasi koral dan lain sebagainya. Itu yang tujuannya adalah untuk penjagaan lingkungan,” terang Sakti.
Selanjutnya dalam kebijakan ekonomi biru ini adalah mengurangi tekanan dan aktivitas perikanan yang tidak ramah lingkungan.
Yakni dengan cara penangkapan ikan terukur berbasis kuota.
“Penangkapan terukur menurut saya, dalam kurun waktu yang panjang nanti, mungkin 10 atau 15 tahun yang akan datang, penangkapan itu harus menurun. Penangkapan ikan di laut itu harus menurun,” ungkap Sakti.
Kemudian untuk mencapai Indonesia emas perlu dilakukan pengembangan perikanan budidaya di laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan.
Salah satu cara yang dilakukan adalah budidaya pembesaran ikan tuna.
Dalam hal uni penangkapan liar harus dihentikan dan para nelayannya digeser untuk menangkap pakan tuna.
“Sebentar lagi mudah-mudahan akhir November ini budidaya atau pembesaran tuna di Biak itu bisa berjalan dengan baik. Kapalnya masih di Tanjung Priok, dua dari Turki. Keramba sudah dipasang, baru satu. Nanti dalam kurun waktu tahun depan mungkin kita sudah mulai panen dengan tuna yang besar-besar,” tegasnya.
Selanjutnya Sakti menuturkan untuk mencapai Indonesia Emas diperlukan menjaga kelestarian wilayah laut dengan cara pengawasan dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Serta pembersihan sampah plastik di laut melalui gerakan partisipasi nelayan.
“Supaya kita tidak dicap lagi oleh negara-negara maju, bahwa kita negara yang lautnya itu paling kotor. Yang penuh dengan sampah plastik. Saya mencoba untuk melakukan empowering. Jadi mengajak seluruh nelayan,” ucap Sakti. (ars/muu)
Load more