Menanggapi kritik yang menyebut gelar Doktor Bahlil hanya formalitas, Prof. Iswandi menegaskan bahwa Bahlil memiliki niat tulus untuk belajar.
"Jika dia hanya mengejar gengsi, dia bisa saja mendapatkan gelar Honoris Causa tanpa harus menempuh pendidikan formal. Namun, ia memilih jalur reguler dan serius menjalani proses hingga ujian terbuka," katanya.
Prof. Iswandi juga membantah tuduhan plagiarisme terhadap disertasi Bahlil, menegaskan bahwa setiap disertasi melalui pemeriksaan similarity yang ketat.
"Jika ada yang meragukan, mungkin mereka kurang memahami prosedur akademik," ujarnya, seraya menambahkan bahwa kritik tanpa dasar faktual hanya bersifat personal.
Hal serupa disampaikan oleh DR. Sofyan Syaf, Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, yang menyebut bahwa setiap perguruan tinggi memiliki metode dan mekanisme berbeda dalam program pascasarjana, terutama terkait jalur riset dan perkuliahan.
"Di program pascasarjana, metode bisa bervariasi. Ada jalur kuliah dan riset, yang durasinya bergantung pada kemampuan mahasiswa. Beberapa kampus menawarkan jalur lebih cepat, sementara lainnya memiliki standar tersendiri," jelas DR. Sofyan.
Terkait gelar Doktor Bahlil, DR. Sofyan menegaskan bahwa UI memiliki mekanisme khusus dalam mengelola program tersebut.
Load more