Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA), Arifatul Choiri Fauzi menerima keluhan terkait dilematis sebagai orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren.
Keluhan ini disampaikan oleh seorang pengemudi ojek online perempuan bernama Ratih Fajar Setiawati saat dialog Interaktif bersama Menteri PPPA.
Adapun, Dialog Interaktif Menteri Arifah bersama komunitas Gerakan Sayang Perempuan Ojek Online (GASPOL) Jawa Timur digelar di Kantor UPT PPPA Surabaya, Jawa Timur pada Jumat (8/11/2024).
Ratusan ojol perempuan tersebut datang dari berbagai kota di Jawa Timur seperti Malang, Mojokerto, Gresik, Sidoarjo dan Surabaya.
Menurut Ratih Fajar, sebagai seorang ibu pasti memiliki rasa khawatir dengan anaknya untuk dilepas mengejar pendidikan di luaran sana.
Ratih mengaku galau untuk menyekolahkan anaknya, baik di lingkungan pendidikan pondok pesantren maupun di sekolah formal.
"Ibu menteri yang terhormat, melihat maraknya kekerasan dan pelecehan seksual pada anak di berita yang sering kita baca di media sosial, marak terjadi di lingkungan sekolah dan pondok pesantren pelaku kekerasan dan pelecehan seksual ataupun fisik. Sebagai seorang ibu tentu ada perasaan was-was ketika hendak menyekolahkan anak ke lembaga pendidikan semisal sekolah atau pondok pesantren," tutur Ratih kepada Menteri Arifah.
Di sisi lain, Ratih juga menyinggung terkait potensi anak yang bisa saja menjadi korban maupun pelaku kekerasan seksual atau fisik di lingkungannya, terutama lingkungan pendidikan.
Dia mengamini bahwa tidak ada ciri-ciri yang pasti untuk menandakan anak itu akan menjadi korban atau pelaku.
Oleh karenanya, dia mengaku kesulitan untuk memilih lembaga pendidikan yang mana untuk sang buah hatinya.
"Tidak ada ciri-ciri yang spesifik siapapun berpotensi menjadi pelaku kekerasan pada anak anak," ujarnya.
Atas dasar itu, Ratih meminta saran kepada Menteri Arifah agar bisa memantapkan hatinya memilih lembaga pendidikan untuk sang anak.
"Apakah ada saran khusus dari Bu menteri kiat apa yang bisa kami lakukan saat memasukkan anak kami ke lembaga pendidikan sekolah maupun pondok pesantren?" tanya Ratih.
Merespons pertanyaan Ratih, Menteri Arifah mengatakan bahwa ada kiat-kiat untuk memilih pondok pesantren atau sekolah.
Arifah menjelaskan bahwa kiatnya adalah memilih sekolah atau pesantren yang telah memiliki label ramah perempuan dan anak.
"Nah terkait dengan bagaimana menyekolahkan anak kita di sekolah dan pesantren yang sekarang banyak terjadi kekerasan, ada sekarang pesantren dan sekolah yang ramah anak dan perempuan," tutur Menteri Arifah.
"Jadi kalau mau dipilih, pilihlah sekolah yang punya pelayanan dan shelter untuk ramah perempuan dan anak," tambahnya.
Arifah menjelaskan, pelayanan ramah perempuan dan anak di sekolah tersebut berfungsi untuk membimbing, mendampingi serta melatih anak-anak untuk berani berbicara (speak up).
"Jadi memang kalau itu (kejadian pelecehan) kan gak bisa ditebak ya, kadang tersembunyi gitu dan anak-anak kita memang harus dilatih berani untuk berbicara," terang Arifah.
Oleh karena itu menurut Arifah, anak-anak harus terus dilatih untuk menyadari dan memahami aksi pelecehan seksual.
Selain itu juga harus dilatih untuk lebih berani berbicara, dalam hal ini melaporkan jika terjadi suatu hal pada dirinya.
"Jadi kalau sudah kelihatan tanda-tandanya, nah inilah salah satu fungsinya pesantren atau sekolah ramah anak," tandasnya.(rpi/muu)
Load more