“Meski populasi pemilih tak sebesar Jawa Barat dan Jawa Timur, tetapi atensi publik Indonesia hari ini banyak terkonsentrasi di Jawa Tengah. Magnet politik ini tentu tak lepas dari kompetisi elektoral Pilpres 2024 lalu. Dinamika ini tentu akan melahirkan polarisasi di masyarakat,” tambah dia.
Menurut Anwar, polarisasi yang mengiringi proses pemilihan tidak hanya menjadi problem politik saja, tetapi juga masalah mendasar bagi keutuhan nilai-nilai berbangsa.
Bagi dia, polarisasi melampaui batas diskursus politik sehat, akan jadi ancaman serius bagi integritas dan harmonisasi warga negara.
“Karena itu, mahasiswa dan civitas akademika mesti memiliki kepekaan politik untuk terlibat dalam upaya menanggulangi praktik politik memecah-belah. Caranya, melalui penguatan pendidikan dan literasi politik mahasiswa, termasuk sosialisasi politik damai melalui jaringan dan kantong kolaborasi mahasiswa,” terang Anwar.
Anwar menyatakan, edukasi politik melalui penguatan literasi harus menjadi peluang di tengah tantangan konflik horizontal yang sangat mungkin memecah belah kerukunan bangsa.
Bukan tidak mungkin, polarisasi dukungan politik justru membuat masyarakat terpecah ke dalam kubangan disintegrasi, permusuhan, dan perpecahan.
“BEM Solo Raya sebagai organisasi kemitraan integral yang concern bergerak dalam rangka melakukan transformasi ilmu pengetahuan, menumbuhkan nuansa akademis, dan menjadi motor penggerak ghiroh aktivis kampus dan mahasiswa di Solo Raya punya tanggungjawab untuk mendahulukan kemanusiaan dan harmonisasi warga di atas praktis politik,” kata Anwar.
Load more