Namun, ia berharap pembahasan Rancangan Permenkes segera dihentikan karena bisa menjadi pukulan telak bagi sekitar 2,5 juta petani tembakau di 15 provinsi.
Kemudian, untuk diketahui, di Bondowoso sendiri, sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya pada tembakau.
“Tahun ini, lahan tembakau meningkat menjadi 10.000 hektar, dari 6.500 hektar tahun lalu. Hasilnya tiga kali lipat lebih besar dibanding tanaman palawija,” tegas Yasid.
Ia juga menyoroti varietas unggulan tembakau Bondowoso, Maesan I dan Maesan II, yang bahkan menarik minat petani dari luar daerah.
“Tembakau Bondowoso sangat diminati perusahaan. Yang kami butuhkan adalah perhatian dan pendampingan dari pemerintah agar komoditas ini tetap hidup,” tambahnya.
Selain itu, Yasid mengkritik Kemenkes yang dinilai tidak melibatkan petani dalam proses penyusunan aturan ini.
“Kami sudah memberikan ratusan masukan di situs Partisipasi Sehat, tapi tidak ada tindak lanjut. Public hearing yang disebut sudah dilakukan pun tidak melibatkan kami,” ujarnya kecewa.
Load more