“Responden yang ditetapkan berjumlah 800 orang tersebar di 6 Kabupaten/Kota. Sampel terdistribusi secara proporsional di setiap Kabupaten/Kota sesuai proporsi jumlah penduduknya. Dengan responden dipilih secara acak dengan cara Multistage Random Sampling. Serta toleransi kesalahan (margin of error) 3.39 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen,” kata Imam.
Jika dilihat dari tingkat popularitas dan likeabilitas kandidat, Idah Syahidah Rusli Habibie memiliki tingkat yang paling tinggi dengan popularitas 97 persen, disusul di tempat kedua Gusnar Ismail dengan 95.75 persen, Nelson Pomalingo di 94.75 persen dan Tonny Uloli dengan angka 89.25 persen.
“Gusnar - Idah unggul di hampir semua segmen pemilih; berdasar gender, agama, strata pendidikan, kelompok umur dan suku. Dengan pemilih Gorontalo sudah semakin mantap dengan pilihannya itu ada disebut strong voters sebesar 75,1 persen. Tersisa 21,6 persen pemilih yang masih ragu dan dapat mengubah pilihannya (swing voters). Dengan waktu yang tersisa 7 hari menjelang pemilihan, angka ini bisa berubah jika ada Paslon yang bekerja lebih keras lagi. Jika semua paslon cara kerjasanya sama, pasti angka-angka ini tidak akan jauh perbedaannya,” bebernya.
Terakhir dikatakan Imam bahwa pemilih Gorontalo yang menonton acara debat saat survei dilakukan sebesar 34,5 persen. Dari mereka yang menonton debat, ternyata acara ini tidak banyak mempengaruhi pilihannya. Hanya 2,9 persen saja yang terpengaruh oleh debat sehingga menjadi ragu terhadap pilihan awalnya.
“Di Gorontalo itu tidak sama dengan di Jakarta. Dimana debat dapat menjadi salah satu variabel yang berpengaruh terhadap tingkat keterpilihan Paslon. Tapi untuk Gorontalo sendiri hanya 2.9 persen pengaruh Debat dalam seseorang menentukan pilihannya pada Pilkada,” tandasnya. (rpi)
Load more