Jakarta, tvOnenews.com - Kasus AKP Dadang dor AKP Ulil di Solok Selatan, tak hanya menuai kritik dari Eks Kabareskrim Susno Duadji. Namun, jadi sorotan Komisi III DPR RI.
Dalam hal ini, Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman mengatakan, akan memanggil Kapolda Sumbar Irjen Suharyono, Kapolres Solok Selatan AKBP Arief Mukti, serta Kadiv Propam Polri Irjen Abdul Karim, Senin, 2 Desember mendatang.
Tindakan ini dilakukan sebagai buntut dari kasus polisi tembak polisi, di Polres Solok Selatan Sumatra Barat.
Komisi III akan mendalami pengawasan terhadap anggota Polri, khususnya dalam hal penggunaan senjata api, rekam medis kejiwaan pelaku, serta prosedur penangkapan pelaku penembakan yang tidak menggunakan borgol.
Pemanggilan sedianya dilakukan pada 28 November, sehari setelah pencoblosan Pilkada Serentak.
Namun, karena masih dalam situasi libur Pilkada Serentak, maka pemanggilan dijadwalkan ulang Senin 2 Desember 2024.
Sebelumnya diberitakan, buntut insiden Kabag Ops Polres Solok Selatan, AKP Dadang Iskandar dor Kasat Reskrim, AKP Ulil, Jmuat (22/11/2024) dini hari. Sontak menuai perhatian publik hingga mantan pejabat utama Polri.
Pasalnya, tewasnya AKP Ulil diduga dipicu oleh persoalan pengungkapan kasus tambang ilegal galian c, di Solok Selatan.
Kemudian, isu tambang ilegal ini pun menuai komentar dari berbagai kalangan. Bahkan, menuai komentar dari Mantan Kabareskrim Polri, Komjen Purn Susno Duadji.
Dalam hal ini, Susno Duadji secara blak-blakan mengungkap kondisi aktivitas pertambangan liar di Indonesia.
Menurutnya, penindakan terhadap aktivitas tambang ilegal di Indonesia tak pernah tegas.
Selain itu, kata dia, aparat penegak hukum tak menyelesaikan kasus itu sampai ke akarnya.
Bahkan, kata Susno, berbagai instansi diduga turut 'bermain' di sana.
"Ya penindakannya hanya hangat-hangat tahi ayam," beber Susno seperti dikutip dari Youtube Channel-nya yang tayang pada Kamis (28/11/2024).
Lanjutnya menjelaskan, bahwa tambang ilegal seakan dipelihara karena menghasilkan cuan.
"Ada setorannya, kalau tidak menghasilkan jelas ditangkap. Kenapa? Semua bisa lihat, semua menikmati tapi negara tidak menikmati. Nah, tinggal sekarang serius enggak memberantasnya?" katanya.
Jika aparat penegak hukum serius, Susno mengatakan pembersihan instansi yang terlibat harus dilakukan mulai dari tingkat atas.
"Karena itu berjenjang (yang terlibat). Nah, sekarang semua instansi lah, bukan hanya polisi saja yang menikmati hasil dari tambang liar ini," katanya.
Susno juga menyoroti adanya peraturan perundang-undangan mengenai pertambangan.
Menurutnya, undang-undang itu justru seolah-olah memaksa masyarakat untuk menambang liar.
"Mengapa dipaksa? Karena mengurus izin tambang untuk tambang rakyat susah sekali. Tambang ini (padahal) berada di tengah-tengah rakyat. Rakyat hanya jadi penonton untuk tambang-tambang yang dikelola untuk perusahaan besar. Padahal itu di tanah mereka," bebernya.
Kemudian, ia juga katakan, sebenarnya peraturan perundang-undangan memungkinkan rakyat melakukan aktivitas tambang dalam skala kecil.
Persoalannya, kata Susno, pengurusan izinnya hampir tidak mungkin dilakukan rakyat.
"Kenapa? Tingkat pengetahuan rakyat itu kan sangat tidak memadailah untuk mengadopsi peraturan perundang-perundangan. Untuk memenuhi persyaratannya. Contohnya, harus membuat peta, koordinati, kajian Amdal dan lain-lain. Ya mana mungkin mereka bisa," ungkapnya.
Pengurusan perizinannya pun rumit karena berjenjang mulai dari pemerintah daerah, provinsi sampai pusat.
"Jadi karena tidak mungkin izin itu diurus oleh rakyat, maka terjadilah tambang liar. Tambang liar itu ada yang melindungi. Bukan Polri saja, hampir semua beberapa instansi menikmati. Kalau mau tidak ada tambang liar, peraturan perundang-undangannya diperbaiki dan dipermudah untuk rakyat," katanya.
Di sisi lain, Susno juga menilai kasus polisi tembak polisi di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, sangat memalukan.
Ia menyebut pelaku penembakan, AKP Dadang Iskandar ialah polisi hitam.
Selain itu, Susno sampaikan, bahwa kasus ini merupakan salah satu potret dari gambaran tambang ilegal yang mencuat ke publik.
"Kejadian di Solok Selatan ini adalah suatu tragedi ya, sangat memilukan, sangat menyedihkan juga kita prihatin dan sekaligus sangat memalukan," bebernya seperti dikutip dari Youtube Channel-nya yang tayang pada Selasa (26/11/2024). (aag)
Load more