Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto, mendukung hilirisasi nikel yang dicanangkan oleh pemerintah Prabowo-Gibran.
Menko Airlangga mengatakan, pemerintah akan berusaha untuk membantu industrialisasi mineral dan batubara melalui sejumlah insentif.
Diketahui saat ini sudah terdapat 87 smelter yang beroperasi dari total 172 smelter yang dibangun.
“Investasi menjadi kunci penting pertumbuhan ekonomi. Tahun 2024 ditargetkan investasi sebesar Rp1.900 triliun dan tahun 2025 meningkat menjadi Rp2.100 triliun. Salah satu yang terus dikembangkan yakni hilirisasi dan pendalaman struktur _supply chain_. Terkait _critical minerals_, perlu untuk menjaga kerja sama dengan negara lain dalam rangka meningkatkan investasi dan menghasilkan devisa,” ujar Airlangga dalam keterangannya, Jumat (6/12/2024).
Dia menjelaskan, hilirisasi telah terbukti berbuah manis bagi perekonomian Indonesia.
Airlangga juga menyoroti pentingnya penerapan prinsip _Environmental, Social, and Governance_ (ESG) dalam pengembangan investasi hilirisasi di Tanah Air.
"Pembangunan harus menerapkan prinsip ramah lingkungan, kesesuaian terhadap regulasi, serta prioritas penggunaan tenaga kerja lokal secara bertahap. Transfer teknologi dan upaya peningkatan kapasitas masyarakat lokal merupakan faktor yang ditekankan pemerintah dalam setiap investasi," bebernya.
Menko Airlangga juga mengapresiasi PT PLN (Persero) yang telah menyuplai energi bersih ke sejumlah smelter termasuk smelter Ceria Group, di mana hal ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk menciptakan hilirisasi nikel yang _renewable_.
Dia turut mengapresiasi investasi PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria Group) dalam mendukung hilirisasi nikel yang dicanangkan oleh pemerintah.
Sebagai perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Ceria Group yang berstatus sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Objek Vital Nasional (Obvitnas) saat ini sedang dalam tahap akhir _commissioning_ Smelter ‘Merah Putih’ _Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace_ (RKEF) & persiapan konstruksi _High-Pressure Acid Leach_ (HPAL) di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
“Kita mengapresiasi PT Ceria Nugraha Indotama dalam hilirisasi nikel apalagi ini PMDN. Ceria sedang membangun smelter RKEF yang nantinya akan menghasilkan _green nickel product_, dan HPAL kedepannya. Tentu ini membanggakan,” kata Menko Airlangga.
Pada kesempatan tersebut, Menko Airlangga yang didampingi Sekjen _Indonesia Mining Association_ (IMA), Tony Wenas, mengunjungi booth Ceria Group di acara IMS tersebut.
Kunjungan ini disambut hangat oleh CEO Ceria Group, Derian Sakmiwata.
Booth Ceria Group juga menampilkan berbagai produk hasil UMKM dari masyarakat lingkar tambang.
“UMKM ini merupakan bagian dari program binaan Ceria Group, yang bertujuan untuk mendukung pemberdayaan ekonomi lokal dan menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi komunitas sekitar,” ungkap Derian.
Derian menegaskan sebagai PMDN dan PSN, Ceria Group telah menetapkan road map untuk menjadi pemain global industri nikel dan _EV battery material producer_.
“Untuk memenuhi standar pasar internasional, Ceria Group siap menghasilkan _green nickel product_ yang disokong dengan energi bersih,” ungkapnya.
Derian juga mengungkapkan Ceria Group telah mendapatkan _Renewable Energy Certificate_ (REC) dari PLN, di mana pasokan listrik yang digunakan smelter Ceria Group 100 persen menggunakan energi bersih dan terbarukan.
"Saat ini aliran listrik bersih PLN yang bersumber dari PLTA sudah _energize_. Selain itu, Kapal Pembangkit Listrik Terapung atau _Barge Mounted Power Plant_ (BMPP) Nusantara II sudah berada di Pelabuhan Ceria Group dan sudah siap memasok listrik ke Smelter 'Merah Putih' yang akan segera beroperasi. BMPP Nusantara II-60MW ini menggunakan 100% bahan bakar gas dengan kapasitas 60 MW,” terangnya.
Dia juga menyebutkan Smelter ‘Merah Putih’ Ceria Group yang siap beroperasi menggunakan teknologi mutakhir _Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace_ (RKEF) dan memiliki salah satu tungku terbesar di Indonesia sebesar 72 MVA.
Tungku ini berfungsi untuk mengolah bijih nikel _saprolite_ yang menghasilkan output feronikel dengan kadar nikel sebesar 22 persen.
Dengan teknologi canggih seperti RKEF untuk produksi _Ferronickel_ (FeNi) dan _Nickel Matte Converter_, serta _High-Pressure Acid Leach_ (HPAL) untuk produksi _Mixed Hydroxide Precipitate_ (MHP), Ceria Group berperan aktif dalam menciptakan produk-produk yang memiliki nilai tambah tinggi.
"Smelter ‘Merah Putih’ Ceria Group akan menjadi smelter pertama di Indonesia yang terintegrasi, di mana pasokan bijih nikel dan kegiatan pengolahan pemurnian terjadi di dalam Kawasan IUP PT Ceria Nugraha Indotama," jelas Derian.
Adapun smelter ini dirancang dengan standar keberlanjutan yang tinggi, sehingga dipastikan bahwa setiap tahap proses produksi memperhatikan kaidah ESG.
Dengan teknologi modern yang digunakan, smelter ini mampu meminimalkan emisi dan limbah, serta mengelola sumber daya alam dengan efisien.
"Ini sejalan dengan visi Ceria Group untuk menjadi pelopor dalam industri nikel yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di Indonesia," tambah Derian.
Smelter ‘Merah Putih’, Ceria tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global, tetapi juga memastikan bahwa seluruh manfaat dari pengembangan sumber daya nikel dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
Keunggulan Smelter ‘Merah Putih’ yang paling utama adalah seluruh rantai industri mulai dari penambangan bijih nikel hingga pemurnian dan produksi bahan baku untuk baterai prosesnya terjadi di dalam negeri.
Sementara, Corporate Secretary Ceria Group, Imelda Kiagoes, menegaskan komitmen Ceria dalam mendukung program hilirisasi komoditas yang dicanangkan oleh pemerintahan Prabowo Subianto.
“Ceria Group berfokus pada pengembangan hilirisasi melalui _downstream processing_. Dengan pertumbuhan organik yang kami rencanakan selama lima tahun ke depan, arah kami menuju produksi pCAM atau _precursor battery_ sebagai material utama kendaraan listrik (EV). Hal ini sejalan dengan program pemerintah, sehingga kami sangat mengharapkan dukungan penuh dari pemerintah untuk merealisasikan visi ini. Keberlanjutan pertambangan juga menjadi fokus Ceria Group untuk memastikan sumber daya dan cadangan nikel terus berlanjut lebih dari 20 tahun kedepan,” imbuhnya.
Imelda menambahkan pengembangan proyek Ceria Group dalam mengurangi emisi karbon mengacu pada kerangka _Initiative for Responsible Mining Assurance_ (IRMA) 50.
“Sebagai bagian dari rencana ini, PT PLN melalui anak perusahaannya, PLN Batam, akan membangun Pembangkit Listrik Terpadu (_Integrated Power Plant_) di area Ceria, tepatnya di ITC POCI (_Integrated Temporal Capacity Pomalaa Ceria_). Pembangkit listrik berbasis mesin gas (_Gas Engine Power Plant_) tersebut direncanakan memiliki total kapasitas sebesar 200 MW dan ditargetkan mulai konstruksi pada tahun 2025. Juga beberapa relokasi _Gas Engine Power Plant_ ke area Ceria sebesar 34 MW dan 2 x 25 MW. Sumber _Green Energy Footprint_ ini sebagai tambahan dari 352 MW yang telah ditandatangani dengan PLN,” tambahnya.
Dengan demikian, inisiatif ini mendukung kebutuhan energi proyek hilirisasi Ceria Group dan menjadi tonggak penting dalam pengembangan infrastruktur energi yang efisien dan ramah lingkungan di kawasan tersebut.(lkf)
Load more