Ia menyebut langkah Akbar Tanjung, Ketua Umum Golkar saat itu, yang membuka jalan bagi para tokoh nasional untuk berkompetisi di dalam konvensi.
“Di Golkar, Ketua Umum belum tentu jadi presiden. Itu telah dicontohkan oleh Pak Akbar, beliau sebagai Ketua Umum membuka diri bagi yang lain untuk ikut berkompetisi,” tambahnya.
Pernyataan Bahlil menegaskan kembali karakter Golkar sebagai partai yang adaptif dan dinamis.
“Artinya apa? Yang saya mau sampaikan adalah bahwa Golkar sebagai partai yang adaptif, yang mau mengikuti perkembangan tentang sistem politik yang ada,” tutupnya.
Peringatan HUT ke-60 Partai Golkar itu tidak hanya menjadi ajang nostalgia bagi para kader, tetapi juga refleksi atas kontribusi besar Golkar dalam membangun demokrasi Indonesia.
Konvensi Golkar 2004 yang diungkit Bahlil menjadi bukti nyata bagaimana Golkar terus berinovasi dalam dinamika politik nasional. (agr/dpi)
Load more