"Dari tujuh variabel utama yang dievaluasi, lima di antaranya-kesetaraan kompetisi (3,04), proses kandidasi (3,63), penghitungan suara (4,36), otonomi dan kapasitas penyelenggara (4,48), serta kebebasan memilih (bebas dari kekerasan/intimidasi dan mobilisasi) (5,75)-mendapatkan penilaian negative," tuturnya.
"Hanya dua variabel, yaitu kebebasan sipil (5,75) dan hak memilih (6,19), yang menunjukkan skor yang relatif positif," tambahnya.
"Data ini menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia sedang mengalami tantangan serius, mengindikasikan pergeseran menuju karakteristik rezim hibrida, di mana elemen-elemen otoritarian dan demokratis bercampur dalam satu sistem politik," pungkasnya.
Hadir dalam dialog dan launching buku tersebut Ketua KPU RI Mochammad Afifuddin, Peneliti Senior BRIN Lili Romli, Wakil Ketua Komisi II DPR RI Aria Bima, Direktur Sindikat Pemilu dan Demokrasi Erik Kurniawan, dan Peneliti Sindikasi Pemilu dan Demokrasi Aqidatul Izza Zain. (muu)
Load more