"Para peserta mendapatkan pengetahuan mendalam tentang cara berinteraksi secara efektif dengan individu Tuli, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih inklusif dan ramah di berbagai sektor, termasuk layanan kesehatan dan pariwisata," tuturnya.
Kegiatan di Jakarta para peserta diajak untuk memahami tantangan yang dihadapi oleh orang dengan gangguan pendengaran dan dilatih untuk menggunakan bahasa isyarat dasar dalam percakapan sehari-hari.
Sementara, pelatihan di Yogyakarta, membawa misi serupa namun dengan fokus tambahan pada aspek budaya lokal.
"Para pemandu wisata diajarkan untuk memahami cara memperkenalkan destinasi wisata kepada pengunjung Tuli dengan cara yang menyenangkan dan edukatif, sementara tenaga kesehatan dilatih untuk lebih peka terhadap kebutuhan komunikasi pasien Tuli," katanya.
Yulizar mengatakan program ini tidak hanya berfokus pada pelatihan bahasa isyarat, tetapi juga memperkenalkan aspek penting dari budaya Tuli, termasuk norma-norma sosial yang mendasari komunikasi mereka.
"Gelora Insan Mandiri percaya bahwa dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan ini, tenaga kesehatan dan pemandu wisata dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan ramah bagi masyarakat Tuli," terangnya.
Yulizar mengucapkan berterima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Bank Indonesia, sehingga terselenggaranya program tersebut.
Load more