Selain itu, kain ini juga berperan penting dalam upacara daur hidup, seperti menyelimuti bayi yang baru lahir, digunakan saat pernikahan, hingga upacara kedukaan.
Kain Bentenan sempat menghilang dan tidak diproduksi selama lebih dari dua abad.
Namun, upaya pelestarian wastra nusantara berhasil menghidupkan kembali kain ini, yang kini diproduksi secara komersial.
Dalam pembuatannya, Kain Bentenan menggunakan pewarna alami dari tumbuhan lokal seperti pohon Taun, Lelenu, Sangket, dan Semak Lenu, yang memperkuat keunikan dan keaslian kain ini.
Keindahan Kain Bentenan juga tercermin dari ragam motifnya, seperti Tonilama, Kokera, Pinatikan, Sinoi, Tinontom Mata, Tinompak Kuda, dan Kaiwu Patola.
Keberadaan motif-motif ini tidak hanya mencerminkan kreativitas masyarakat Minahasa, tetapi juga nilai filosofis yang kaya.
"Dengan mengenakan Kain Bentenan, Presiden Prabowo turut memberikan apresiasi terhadap wastra nusantara dan mengangkat kembali kebanggaan terhadap kekayaan budaya Indonesia," demikian petikan keterangan panitia.(ant)
Load more