“Isu-isu tersebut bisa jadi menjadi topik utama bila Anies dan Ahok melakukan pidato politik bersama,” ungkapnya.
Tak hanya itu, isu terkait posisi Presiden Joko Widodo pasca-masa jabatan juga dinilai bisa menjadi bagian dari pesan yang akan mereka sampaikan.
Jamiluddin menilai, Anies dan Ahok berpeluang mengambil posisi sebagai simbol oposisi non-parlemen, mengingat lemahnya kekuatan oposisi di parlemen saat ini, yang hanya diisi oleh PDIP. Jika ini terjadi, langkah keduanya bisa menjadi kontrol yang lebih efektif terhadap pemerintah dan menjadi penyelamat demokrasi.
“Kalau Anies dan Ahok dapat memposisikan sebagai simbol oposisi non-parlemen, maka kontrol terhadap pemerintah akan lebih berarti. Hal ini setidaknya dapat menyelamatkan demokrasi di tanah air,” tegas Jamiluddin.
Spekulasi lain yang mencuat adalah kemungkinan Anies dan Ahok bersiap untuk Pilpres 2029. Dengan posisi sebagai simbol oposisi, tidak menutup kemungkinan keduanya akan berpasangan dalam ajang tersebut.
“Bisa saja dua sosok itu akan berpasangan pada Pilpres 2029,” pungkas Jamiluddin.
Momen kebersamaan Anies dan Ahok ini menjadi sinyal bahwa perjalanan politik keduanya masih panjang dan penuh kejutan. Apakah benar mereka akan menjadi simbol oposisi, atau bahkan mempersiapkan langkah besar menuju Pilpres 2029. (agr/iwh)
Load more