"Misalnya, teman korban mengetahui korban tidak keluar saat kejadian, itu bisa menjadi informasi berharga untuk memastikan identitas," jelas Hery.
Hingga pukul 11.30 WIB, delapan laporan telah diterima di Pos DVI Ante Mortem RS Polri. Hery menyebut, laporan-laporan tersebut akan disortir untuk menghindari duplikasi informasi.
"Bisa saja satu korban dilaporkan oleh dua pihak. Kami akan memilah dan menggabungkan informasi serupa untuk memperkaya data," katanya.
Ia menambahkan, informasi medis seperti riwayat operasi atau barang pribadi korban, seperti pakaian yang belum dicuci, topi, hingga kaos kaki, juga dapat digunakan sebagai sampel identifikasi.
Dalam proses ini, RS Polri bekerja sama dengan Biro Pusdokkes Bidang Laboratorium DNA yang sudah turun langsung mengambil sampel dari keluarga korban.
Hery menegaskan bahwa semua laporan dan sampel sangat penting untuk mengidentifikasi korban sesuai tiga kriteria utama: memungkinkan, sangat yakin, dan pasti yakin.
"Kami terus membuka diri untuk menerima laporan sebanyak-banyaknya demi memperkuat data identifikasi," pungkasnya. (ant/aag)
Load more