Jakarta, tvOnenews.com - Bukan tanpa alasan keluarga Uswatun Khasanah korban mutilasi di Ngawi ingin bertemu pelaku.
Hendi Suprapto selaku ayah tiri korban mengatakan pihaknya hanya ingin bertanya apa alasan pelaku melakukan hal itu.
"Keluarga ingin bertemu dengan pelaku dan bertanya langsung terkait dengan masalah yang terjadi antara pelaku dengan anaknya sehingga sampai membunuh bahkan memutilasi anaknya tersebut. Ingin saya ke sana bertemu. Cuma ingin tanya apa permasalahannya," ujarnya, Minggu (26/1/2025).
Hendi mengaku masih berduka dengan kejadian yang menimpa anak tirinya itu. Keluarganya hanya bisa menyerahkan sepenuhnya ke pihak kepolisian.
Bicara soal Uswatun Khasanah, Hendi mengatakan anak tirinya itu adalah sosok yang baik dan menjadi tulang punggung keluarga.
"Kalau kepribadiannya dia kan tulang punggung keluarga. Dia anak baik. Ke rumah sering. Sebulan bisa dua sampai tiga kali. Pokoknya pulang ada waktu senggang kalau sama anaknya main ke sini (rumah ibunya di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar)," terangnya.
Tak hanya itu, kata dia, keluarga juga sering berkomunikasi dengan almarhumah.
Hendi mengaku terakhir kali berkomunikasi dengan Uswatun Khasanah pada Sabtu (18/1/2025) lalu.
Namun, pada Selasa (21/1/2025) sudah hilang kontak dengan keluarga.
Bahkan, pihak keluarga sudah mencoba menghubunginya lewat WhatsApp namun hasilnya nihil.
Padahal, kata dia, biasanya anak tirinya itu pasti membalas atau langsung menelepon kembali saat senggang.
Adapun kasus mutilasi ini terungkap setelah ditemukannya mayat tak utuh dalam koper berwarna merah pada Kamis (23/1/2025) di Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi.
Kondisinya nyaris membusuk dan tak ditemukan kepala dan kakinya. Setelah diautopsi, polisi menyebutkan penyebab kematian korban diduga karena kekurangan napas.
Korban diduga juga mengalami kekerasan sebelum meninggal dunia.
Pada Sabtu (25/1/2025) malam polisi berhasil menangkap tersangka.
Polisi juga berhasil menemukan anggota tubuh korban lainnya yang sempat hilang, yakni kepala dan kaki di tempat yang berbeda, yakni di Trenggalek dan Ponorogo. (ant/nsi)
Load more