Adapun diketahui bahwa kedua tersangka ini beraksi pada bulan Mei 2024 hingga Juni 2024. Peristiwa ini mulanya terdeteksi oleh pelapor selaku karyawan dari sebuah bank yang bertugas dan bertanggung jawab mendeteksi pola anomali transaksi.
“Setelah pelapor mengetahui adanya kejadian anomali transaksi yang dilakukan oleh beberapa akun perbankan, setelah dilakukan pendalaman mendapati aplikasi perbankan tersebut menggunakan bantuan sebuah website AI ya, dengan merekayasa video verifikasi wajah tersebut, sehingga dianggap sebagai pemilik data sebenarnya,” tegas Ade Ary.
Kemudian Ade Ary menyebutkan bahwa berdasarkan pengakuan tersangka MR, awalnya yang bersangkutan berteman dengan seseorang yakni Mr.X di media sosial. Setelahnya tersangka MR pernah menawarkan dapat membuatkan rekening perbankan di akun medsos tersebut.
“Akhirnya itulah yang membuat Mr. X menghubungi tersangka MR untuk minta dibuatkan sebuah akun perbankan, yang pada faktanya MR meminta tolong kembali kepada tersangka kedua, tersangka PM. Dalam proses hubungan antara X, MR, dan PM ini, tersangka MR mendapatkan keuntungan Rp 5-10 juta , kemudian tersangka PM mendapat keuntungan Rp 300-500 ribu,” jelas Ade Ary.
Setelahnya akun yang telah jadi itu diserahkan ke Mr. X dan digunakan untuk melakukan transaksi diberbagai toko online.
“Jadi akun kartu kredit ya, kartu kredit. Kemudian diduga Mr. X melakukan transaksi di berbagai toko online atau e-commerce. Saat ini penyidik masih terus melakukan pendalaman untuk mencari Mr.X,” tegas Ade Ary.
Atas perbuatannya tersebut, kedua tersangka dijerat Pasal 51 ayat 1 juncto Pasal 35 Undang-Undang nomor 1 ITE dengan ancaman pidana maksimal 12 tahun atau denda Rp12 miliar.
Load more