Gilang Bungkus Jarik pun mulai membalasnya dengan pendapatnya.
Menurut dia, sangat wajar apabila orang berpikiran kalau dibungkus itu berasosiasi dengan kematian atau jenazah.
Hal ini karena Indonesia adalah negara mayoritas muslim yang mengenal pembungkusan (pengafanan) untuk jenazah.
“Coba saja kamu ke Jerman, Prancis atau Amerika. Mereka tidak akan terlintas dalam pikirannya bajwa orang dibungkus itu sama dengan mati," tulis Gilang Bungkus Jarik.
Menurut Gilang Bungkus Jarik, dibungkus itu bisa juga bermanfaat seperti bisa memanajemen kontrol emosi dan ketahanan napas seperti perenang.
Percakapan berlanjut, Gilang Bungkus Jarik pun lanjut membahas soal "pelaksanaan" bungkus-membungkus itu.
"Aku punya kenalan/teman sesama penulis. Dia ini sedang bikin proyek tulisan tentang kondisi emosi dan ketahanan napas remaja sekaligus ini bisa jadi nantinya semacam terapi renungan buat aku. Nah, sekarang dia butuh aku jadi modelnya tapi aku gak bisa melakukannya sendiri. Aku perlu bantuanmu. Tolong bantu aku. Kamu nantinya hanya perlu mengikuti instruksi dari dia dan mendokumentasikan," kata Gilang Bungkus Jarik.
"Pelaksanaannya adalah seperti yang ada dalam penjelasan. Jadi menempatkan model dalam keadaan terbungkus untuk dilihat bagaimana reaksi dan kondisi emosional serta mentalnya juga melihat ketahanan napasnya. Namun, kamu tidak mungkin bisa membungkus dirimu sendiri kan?,” sambungnya.
Pemilik akun pun mulai curiga. Dia bertanya, "Apa sudah ada yang melakukan sebelumnya?".
"Sudah tapi beda kriteria. Yang sebelumnya santri bukan mahasiswa. Ada juga yang juga remaja yang tidak melanjutkan kuliah. Lebih memilih ke pengabdian daripada kuliah. Total sekitar empat orang," balas Gilang Bungkus Jraik.
Load more