Ia juga menyoroti pentingnya digitalisasi koperasi sebagai solusi untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi. Dengan adanya platform digital untuk koperasi desa, akses permodalan dan pemasaran produk bisa lebih luas, bahkan hingga ke pasar ekspor.
Sementara itu, Dewi Yuliani menekankan bahwa keberhasilan Koperasi Desa Merah Putih sangat bergantung pada sinergi dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Menurutnya, program ini sejalan dengan arah pembangunan desa 2025-2029, termasuk revitalisasi BUMDes, pengembangan desa ekspor, serta digitalisasi ekonomi desa.
Dewi mengungkapkan bahwa salah satu tantangan utama di desa adalah kurangnya SDM yang mampu mengelola koperasi dan BUMDes secara profesional. Di sinilah peran Gesid menjadi sangat penting dalam memberikan kontribusi nyata dengan berkontribusi menjadi aktor yang membangun desa (One Man One Village).
“Kita butuh lebih banyak anak muda untuk terjun langsung ke desa, membantu mengelola koperasi dan BUMDes dengan cara yang lebih modern. Jangan sampai koperasi hanya dikelola oleh generasi lama dengan sistem yang masih konvensional,” ungkap Dewi.
Ia juga menekankan bahwa Gesid bisa menjadi mitra strategis dalam menciptakan ekosistem ekonomi desa yang berbasis inovasi dan teknologi. Dengan memanfaatkan e-commerce, marketplace digital, dan teknologi keuangan, anak muda dapat membantu koperasi dan BUMDes menjangkau pasar yang lebih luas.
“Gesid bisa membantu membangun platform digital untuk pemasaran produk desa, menghubungkan BUMDes dengan industri besar, hingga menciptakan ekosistem bisnis berbasis komunitas yang lebih kuat,” tambah Dewi.
Acara ditutup dengan buka puasa bersama, diskusi interaktif, serta komitmen dari seluruh jajaran pengurus Gesid untuk mengawal dan mendukung implementasi Koperasi Desa Merah Putih di berbagai daerah. (ebs)
Load more