Kabar Dai kondang asal Pekanbaru, Ustadz Abdul Somad atau yang akrab disapa UAS dideportasi oleh pemerintah Singapura masih ramai diberitakan.
Sejumlah pihak banyak yang menyayangkan mengapa UAS dideportasi Singapura, namun ada juga yang justru meledek UAS setelah dideportasi. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh pegiat media sosial, Eko Kuntadhi.
Ya, dalam cuitannya di Twitter, Eko Kuntadhi menanggapi sebuah artikel yang memuat berita terkait Ustaz Abdul Somad atau UAS yang dideportasi dari Singapura.
Pada cuitannya itu, Eko Kuntadhi meledek UAS dengan mengumpamakan jika di Indonesia, UAS disebut Eko bebas berbicara apa saja.
"Lho, di Indonesia saya bebas ngomong apa aja. Mau mencaci agama lain gak apa2. Mau bilang khilafah adalah solusi, gak apa-apa. Mau bilang Rasulullah tidak berhasil wujudkan rahmatan lil alamin gak apa2 juga. Kritik pemerintah jg bebas.
Masa di Singapura, saya dideportasi?," tulis EKo Kuntadhi di Twitter, Selasa (17/5/2022).
Cuitan itu pun langsung disambar oleh para netizen. Ada yang mendukung pernyataan Eko Kuntadhi, namun tak sedikit juga yang memberikan dukungannya kepada Ustaz Abdul Somad atau UAS.
@DimaseLagie: Waddidddaaaw.
@Alkevooy: Tergantung siapa yg beropini, klo dari pihak BuzzerRp bin Cebong ya tendensius jadinya. Woooi belajar demokrasi dulu lu.
@budineon13:Apakah Singapura islamophobia.
@ranggant83: Baru mau maen jauh eh dah ketendang.
@holongn: Di negara maju parameter sesorang itu jelas, apakah seseorang membawa kontribusi positif atau negatif, jika negatif langsung black list.
Akui Diperlakukan Tak Layak oleh Petugas Imigrasi Singapura
Dai kondang, Ustaz Abdul Somad atau yang akrab disapa UAS. (Istimewa)
Kabar Ustaz Abdul Somad atau yang akrab disapa UAS dideportasi oleh Singapura bukan merupakan kabar hoaks seperti yang beredar sebelumnya.
Dalam wawancaranya bersama TV One via video call, Ustaz Abdul Somad atau UAS menceritakan kronologi ia bisa dideportasi dari Singapura.
UAS Mengatakan bahwa dia berangkat dengan 7 orang yang merupakan bagian dari keluarga dan kerabatnya.
Menurutnya, semua syarat sudah ia penuhi untuk bisa pergi ke luar negeri (Singapura). Ia pun mengaku sudah mengikuti semua aturan yang berlaku sebagai syarat memasuki Singapura.
"Saya berangkat Senin 16 Mei 2022, saya berangkat dari Batam, dan sudah mengantongi semua dokumen sebagai syarat untuk memasuki negara lain (Singapura). Waktu itu, keluarga saya sudah diizinkan masuk oleh petugas Immigration & Checkpoints Authority (ICA) Singapura, kecuali saya yang tertahan," kata Ustaz Abdul Somad atau UAS kepada TV One, Selasa (17/5/2022).
Namun tak lama kemudian, semua keluarga dan kerabatnya itu kembali dipanggil dan disatukkan bersama Ustaz Abdul Somad atau UAS di dalam sebuah ruangan seperti sel yang disebut UAS sanga sempit. Bahkan menurut UAS, ukuran ruangan yang hampir mirip dengan sel tersebut berukuran kurang lebih 1x2 meter saja.
"Saya disatukan dengan keluarga saya di ruangan sempit dan sumpek itu. Padahal saya ada anak kecil. Tapi kami semua disatukan," kata UAS.
UAS pun mengaku sangat kecewa dengan perlakuan petugas imigrasi Singapura tersebut. Tak hanya itu menurut UAS ia sama sekali tak diberi kesempatan oleh petugas untuk menjelaskan keterangan apapun.
"Mereka kayak robot, diam saja, tapi ektika saya mau memberi penjelasan, saya tidak diberi kesempatan," kata UAS.
Akibat tak diperbolehkan masuk ke Singapura, UAS pun menuntut penjelasan dari Duta Besar Singapura untuk Indonesia. Ia menuntut pejabat tersebut agar memberi alasan mengapa dia tak boleh masuk ke negara Singapura.
"Tolong kepada DPR RI agar tanyakan langsung kepada Duta Besar Singpura untuk Indonesia. Kenapa Abdul Somad ini tak boleh masuk Singapura, memangnya saya ini ISIS atau teroris? tentu saja bukan," ujar UAS.
Menurut UAS, padahal beberapa tahun lalu ia tak masalah memasuki Singapura. Meskipun disebutnya bukan untuk secara khusus berkunjung ke Singapura, emlainkan hanya transit, tapi tidak ada masalah apapun.
"Beberapa tahun lalu saya ke Singapura tapi hanya untuk transit sebelum ke Umroh ke Saudi, dan tidak ada masalah tuh," katanya.
Terakhir, UAS pun berharap besar hak yang menimpanya itu tidak terjadi kepada warga negara Indonesia lainnya. UAS memberi kritik agar pemerintah Singapura introspeksi buntut kejadian ia dideportasi.
"Harapan saya pemerintah singapura tidak memperlakukan wargha Indonesia seenak otaknya. tolong Introspkesi," kata UAS. (abs)
Load more