Jakarta - Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid mengatakan partainya sedang mengumpulkan nama-nama bakal calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Muhaimin Iskandar dalam kontestasi Pemilu Presiden 2024. Selain itu, PKB juga mewacanakan akan membentuk koalisi dengan PKS.
Nama-nama tokoh yang masuk dalam radar PKB untuk diusung sebagai bakal cawapres, antara lain, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Panglima TNI Andika Perkasa, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
"Ya, tentu kami mendapatkan masukan dari masyarakat, kita lihat rekam jejak juga karena kami sudah memastikan Gus Muhaimin capres, tentu saatnya kami mencari cawapres," kata Jazilul, Selasa (14/6/2022).
Jazilul menilai nama-nama tersebut memiliki rekam jejak dan pengalaman yang mumpuni untuk menjadi cawapres, mendampingi Muhaimin Iskandar dalam Pilpres 2024. Dikatakan pula bahwa nama-nama yang masuk dalam radar cawapres tersebut akan ditawarkan kepada parpol lainnya yang nantinya akan diajak koalisi dengan PKB untuk menjadi pasangan calon.
"Tentunya kalau kami berkoalisi, kita mengusung pasangan calon, 'kan harus kami pilih yang memiliki kans memenangi pilpres. Nama-nama tersebut kami yakin bisa dahsyat jika berpasangan dengan Gus Muhaimin yang juga punya basis elektoral kuat, utamanya di kalangan pesantren dan warga nahdiyin," ujarnya.
Menurut dia, di antara nama-nama yang muncul, nama Sri Mulyani bahkan sudah disebut langsung oleh Muhaimin ketika wawancara dengan wartawan di sela Konser Kebangsaan Gus Muhaimin di Tangerang, Minggu (12/6). Namun, lanjut Jazilul, menyebut nama-nama tokoh lain seperti Anies Baswedan, Tito Karnavian, Andika Perkasa, Erick Tohir, dan Sandiaga Uno juga sangat berpeluang untuk diusung.
"Semua nanti akan kami bicarakan dengan parpol koalisi mana yang dianggap terbaik. Ya, kami akan bawa nama-nama tersebut untuk kami pasarkan, kami tawarkan ke parpol koalisi," katanya.
Koalisi PKB
Wakil Ketua MPR RI itu juga mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan penjajakan koalisi, selain dengan PKS, juga dengan sejumlah parpol lain, seperti Partai Demokrat dan Partai Gerindra.
Menurut dia, yang penting saat ini adalah bagaimana koalisi yang dibangun nanti bisa menang dan ada tujuan bersama untuk kepentingan masyarakat.
Selain dengan Demokrat dan Gerindra, PKB juga mewacanakan koalisi dengan PKS. Pengamat politik Sholeh Basyari menilai koalisi PKB dan PKS seperti ingin menyatukan dua kutub yang berbeda dalam lingkup partai agamis.
"Banyak yang berpikiran ini sama saja menyatukan air dan minyak, sulit terwujud. Namun saya melihat koalisi ini sangat pantas," kata dia.
Banyak alasan untuk mendorong kedua partai mewujudkan koalisi ini, terutama untuk menyatukan umat yang saat ini terpolarisasi.
Sholeh menyebutkan, perpecahan di tengah-tengah umat sudah sangat memprihatinkan, sehingga dibutuhkan kebijakan dari para elit politik.
"Saya miris melihat perpecahan ini. Umat sepertinya sengaja dipecah oleh oknum-oknum yang takut dengan kekuatan islam. Adanya wacana ini memberi harapan bagi umat, agar ke depan tidak ada lagi polarisasi dan saling membenci," lanjutnya.
Aktivis NU ini menyadari bahwa akan banyak hambatan dalam terwujudnya koalisi ini, karena banyak yang akan berusaha menghalangi.
Namun Sholeh meminta kepada para elit PKB dan PKS untuk tetap meluruskan niat demi terwujudnya persatuan umat.
Dalam keterangannya, Sholeh juga meminta kepada elit-elit PKB dan PKS untuk mengenyampingkan dulu soal capres dan cawapres.
Jika semua bisa menahan diri dan mengenyampingkan ego pribadi dan partai, maka koalisi ini akan dengan mudah terwujud.
"Saat ini yang lebih utama adalah memberikan penjelasan dan pemahaman kepada masing-masing kader dan simpatisan, bahwa semua ini adalah demi persatuan umat. Jangan dulu mengedepankan soal kepentingan pilpres," sambungnya. (ant/ito)
Load more