Kenaikan harga bahan pangan di pasaran mengalami lonjakan drastis. Kondisi harga bahan pangan seperti cabai kini telah mencapai Rp 100 ribu di Lumajang, Jawa Timur.
Begitu pula di Medan, Sumatera Utara. Akibat dari naiknya harga bahan pangan, omset pedagang mengalami penurunan hingga 50%.
Akibat harga yang mahal, pembeli beralih ke petani karena harga bahan pangan lebih murah dibanding di pasar. Hal ini disebabkan adanya krisis pangan global yang dialami Dunia.
Baca Juga Krisis Pangan Imbas Harga Bahan Pangan Naik
Dalam kondisi krisis pangan dan energi, Presiden RI Joko Widodo memberikan pesan kepada bangsa Indonesia agar dapat bergotong royong dalam membangun kemandirian di bidang pangan sesuai keunggulan daerah masing-masing.
“Kedaulatan pangan, ketahanan pangan betul-betul harus menjadi konsentrasi kita, fokus kita ke depan. Dan setiap daerah harus memiliki keunggulan pangan masing-masing sesuai dengan tanahnya dan kondisi masyarakatnya.” Pesan Presiden Joko Widodo pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, yang dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (21/6/2022).
Salah satu yang disarankan oleh Presiden Jokowi adalah sagu. Sagu menjadi makanan pokok bagi masyarakat di daerah tersebut. Tanah di Papua sangat cocok untuk menanam sagu, sehingga sagu tumbuh subur.
Untuk itu, Presiden menyampaikan strateginya menghadapi ketahanan pangan untuk mempertahankan dan tidak dialihkan ke komoditas lainnya.
“Jangan kita paksa untuk keluar dari kekuatannya, dari karakternya,” ungkap Presiden Jokowi.
Selain untuk konsumsi masyarakat daerah, sagu dan porang juga berpotensi untuk dikembangkan menjadi komoditas ekspor Indonesia.
Hal ini karena sagu dan porang dinilai lebih menyehatkan dan dinikmati oleh banyak negara lainnya.
Selain sagu, Presiden juga mencontohkan untuk penanaman sorgum secara massal yang dapat dilakukan di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sorgum dinilai menjadi tanaman yang cocok dengan karakteristik wilayah yang dapat dijadikan sebagai kekuatan di sektor pangan daerah NTT.
“Tanpa air yang banyak, sorgum di NTT terlihat tumbuh sangat subur dan tumbuh sangat hijau. Ternyata sebelumnya memang warga di NTT nanem-nya sorgum atau cantel tapi bergeser ke beras,” jelasnya.
Presiden Jokowi meyakini kemandirian pangan Indonesia akan dapat terwujud bila setiap daerah dapat bergerak dengan kekuatan dan karakternya masing-masing.
“Kalau masing-masing daerah bergerak sesuai dengan kekuatan dan karakternya, kita akan bisa betul-betul membangun kekuatan di sektor pangan, produksi akan melimpah, dan diversifikasi pangan bisa dipertahankan. Inilah kekuatan besar bangsa kita,” lanjutnya. (Kmr)
Load more