Jakarta - Wafatnya sang Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto meninggalkan kesedihan dan duka mendalam bagi keluarga Cendana, khususnya para anak-anak dari pria yang dijuluki 'The Smiling General' itu.
Seperti diketahui, Soeharto meninggal pada 27 Januari 2008, di usianya yang ke-86 tahun.
Anak tertua Soeharto, yakni Siti Hardiyanti Hastuti atau yang akrab disapa Tutut mengenang kisah detik-detik sebelum sang ayah meninggal dunia.
Dalam catatannya di situs tututsoeharto.co.id, Tutut mengatakan, terdapat kisah yang tak akan pernah bisa ia dan keluarganya lupakan sebelum kepergian Soeharto kala itu, yakni Soeharto masih sempat merayakan ulang tahun Tutut pada 25 Januari 2008.
Kala itu, kata Tutut, Soeharto ingin sekali makan pizza.
Mengetahui sang ayah sangat menginginkan untuk menyantap pizza, Tutut pun bergegas meminta tolong kepada dua adik perempuannya, yakni Titiek dan Mamiek untuk membelikan pizza untuk ayah mereka.
Adapun Titiek dan Mamiek Soeharto bergegas membeli pizza.
Kemudian setelah pizza sudah dibeli, Tutut mengatakan bahwa sang ayah langsung menyanyikan lagu 'Selamat ulang tahun' dengan kondisi yang masih terbaring karena sakit.
Potret Presiden kedua RI Soeharto bersama anak sulungnya, Siti Hardiyanti Hastuti atau yang akrab disapa Tutut. (Ist)
Setelah pizza berhasil dibeli, Soeharto tiba-tiba menyanyikan lagu yang biasa dinyanyikan saat ulang tahun.
Ya, Soeharto menyanyikan lagu itu untuk Tutut yang berulang tahun pada 23 Januari.
Suasana mengharukan itu pun membuat tak terlupakan oleh Tutut, untungnya momen bahagia itu berhasil diabadikan di handphone yang dibawa Titiek.
"Kalau saja malam itu Titiek tidak membawa HP-nya, mungkin kami tidak punya kenangan terakhir dengan bapak yang dapat kami abadikan," tulis Tutut.
Setelah merayakan acara ulang Tutut, Soeharto pun bangun untuk menunaikan salat Tahajud.
Kebiasaan salat Tahajud sudah dilakukan Soeharto beberapa tahun ke belakang (sebelum wafat).
Menurut Tutut, saat akan melaksanakan salat Tahajud, Soeharto meminta kasurnya diputar agar menghadap kiblat.
Tutut menyebut, padahal dokter menyampaikan tidak apa-apa tak menghadap kiblat bila sedang sakit.
Namun, Soeharto bersikukuh meminta kasurnya tetap diputar agar salat Tahajud menghadap kiblat.
"Bapak mau menghadap kiblat," kata Soeharto.
Tutut pun akhirnya mengikuti keinginan Soeharto, ia lantas meminta sang adik Sigit Harjojudanto untuk memutarkan kasur ayah mereka agar menghadap kiblat.
Satu Hari Sebelum Meninggal
Presiden Kedua RI, Soeharto. (Istimewa)
Satu hari sebelum Soeharto tutup usia, Tutut menyebut bahwa ayahnya itu sempat mengajaknya bicara. Kala itu, Soeharto meminta Tutut mendekat ke arahnya.
"Bapak mau bicara. Dengarkan baik-baik," ucapnya lirih.
Saat itu Tutut masih bingung akan permintaan Soeharto.
"Bapak sudah tidak kuat lagi. Bapak ingin menyusul ibumu," kata Soeharto.
Mendengar ucapan Soeharto, Tutut pun langsung merinding.
Seolah tak mau hal buruk terjadi, Tutut saat itu masih merasa optimis Soeharto dapat sembuh kembali.
Tak sampai di situ, Soeharto berpesan agar Tutut menjaga kerukunan Keluarga Cendana.
"Kamu dengarkan, wuk. Kamu anak bapak yang paling besar, sepeninggal bapak nanti, tetap jaga kerukunan kamu dengan adik-adikmu, cucu-cucu bapak dan saudara-saudara semua.
Kerukunan itu akan membawa ketenangan dalam hubungan persaudaraan, dan akan memperkuat kehidupan keluarga. Selain itu Allah menyukai kerukunan.
Ingat pesan bapak, tetap sabar dan jangan dendam. Allah tidak sare (tidur)," kata Soeharto.
Mendengar pesan dari ayahnya itu, Tutut pun tak mampu menahan air matanya. Ia lantas menangis karena takut kehilangan sang ayah.
Kala itu menurut Tutut, Soeharto memegang tangan Tutut sambil menenangkan Tutut.
"Jangan sedih, semua manusia pasti akan kembali kepada-nya. Tinggal waktunya berbeda. Bapak tidak akan hidup selamanya. Kamu harus ikhlas, Insya Allah kita akan bertemu suatu saat nanti, di alam lain.
Dekatlah dan bersenderlah selalu kalian semua hanya kepada Allah. Karena hanya Dia yang pasti bisa membawa kita ke surga. Doakan bapak dan ibumu," tulis Tutut.
Air mata Tutut semakin tak terbendung, menurut Tutut, ia hanya bisa terdiam dan takut kala itu.
Tutut memeluk Soeharto erat-erat lalu mencium tangannya. Karena Soeharto mengatakan lelah dan ingin istirahat, Tutut membetulkan posisi selimut ayahnya.
Sambil menyelimuti ayahnya yang terbaring lemah, Tutut pun berdoa kepada Allah di dalam hati.
"Ya Allah, beri saya kekuatan dan kemudahan untuk melaksanakan keinginan bapak, amin."
Menurut Tutut, kala itu setelah percakapan itu tak lama kemudian kondisi kesehatan Soeharto justru semakin memburuk. Pada malam harinya, kondisi Soeharto belum juga membaik justru semakin menurun.
Ketika ditanya bagian mana yang sakit, Soeharto hanya menggelengkan kepala. Ketika subuh menjelang, Tutut dan Mamiek dibangunkan dari tidurnya.
Suster mengatakan Soeharto dalam keadaan kritis. Saat sampai di ruang rawat, Soeharto sudah ditemani Sigit.
Wajahnya tampak damai tidak terlihat tanda kesakitan. Matanya tertutup rapat.
Tutut memutuskan memanggil semua keluarga. Sesampainya di ruang rawat, satu per satu anggota keluarga mencium tangan Soeharto.
Anak-anak Soeharto membisikkan kalimat istigfar dan tasbih di telinga ayahnya. Sampai ketika Soeharto menghembuskan napas terkahirnya, wajahnya tidak tampat rasa sakit. (abs)
Jangan Lupa Subscribe YouTube Tvonenews.com:
Load more