Seluruh keluarganya ikut pindah ke sana. Setelah sembuh ia tetap tinggal di Cisarua, dan bekerja di rumah sakit tersebut.
"Di daerah pegunungan itu mereka tinggal di rumah yang sederhana, akan tetapi sejuk dan nyaman, karena lbu Tendean rajin menanami halamannya dengan bunga-bungaan." ungkap Masykuri.
Pada zaman Revolusi Kemerdekaan, keluarga Dr. Tendean secara diam-diam membantu obat-obatan para gerilyawan Indonesia. lbu Tendean giat mengumpulkan dana dari simpatisan-simpatisan guna membantu pemuda-pemuda yang sedang bergerilya itu.
Kakak Pierre, Mitze Farre menerangkan, bahwa Pierre Tendean sejak kecil sampai akhir hayatnya merupakan anak yang sederhana dalam segala hal. Dia rajin dan tekun, tidak memiliki sifat manja, meskipun merupakan satu-satunya anak laki-laki di dalam keluarganya.
Di dalam maupun di luar sekolah, Pierre sangat disayangi kawan-kawannya, karena sifatnya yang ramah. Pierre tidak suka membeda-bedakan kawan-kawannya. Ia dapat bergaul dengan baik dan ramah dengan seimua lapisan masyarakat.
Pierre yang pada waktu itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar telah memperlihatkan sifat tanggung-jawabnya terhadap masyarakat sekitamya. Pada waktu libur ia membantu teman-temannya pergi ke sawah untuk mencari siput guna menambah lauk-pauk di rumah orang tua mereka.
Untuk mengurangi beban keluarganya, Pierre yang masih kecil itu giat menanami tanah kosong di sekitar rumahnya dengan singkong, ubi, pepaya dan sayur-sayuran.
Si Tampan yang Jadi Idola
Load more