Pada tahun 1963 Pierre mendapat panggilan ke Sekolah Intelijen di Bogor. Pendidikan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan Letda Pierre menerima tugas yang lebih berat.
Setelah menamatkan pendidikan intelijen ini, Letda Pierre ditugaskan untuk memimpin kelompok sukarelawan yang melakukan penyusupan ke daerah Malaysia.
Foto: Kapten Anumerta Piere Tendean bersama dengan kedua kakak
perempuannya Mitzi Farre (duduk) dan Rooswidiati (Masykuri, "Pierre Tendean" - 1983/1984)
Pierre diperbantukan kepada Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) yang bertugas di garis depan dan bermarkas di Selat Panjang, Riau.
"Seluruh keluarganya, terutama ibu Pierre menjadi sangat prihatin ketika Letda Pier mendapat tugas khusus menyusup ke daerah Malaysia, diperbantukan kepada Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat yang bertugas di garis depan." ungkap Masykuri dalam bukunya "Pierre Tendean" 1983/1984.
Baca Juga: Si Ganteng Kapten Pierre Tendean, Idola Para Wanita dan Ajudan Rebutan Tiga Jenderal
Ibu Pierre, Maria Elizabeth berusaha agar Pierre segera dapat ditarik kembali ke garis belakang. Ia merasa garis belakang pertempuran adalah tempat yang aman untuk putra satu-satunya itu. Walaupun Pierre sendiri lebih menyukai tugas berbahaya yang Ia jalani di garis depan pertempuran.
Kebetulan Maria merupakan kawan baik dari mertua Jenderal A.H. Nasution, yang tinggal bersama-sama dengan menantunya itu di jalan Teuku Umar 40 Jakarta, sehingga ada hubungan baik antara keluarga Jenderal Nasution dengan keluarga Dr.Tendean.
"Karena itu lbu Tendean memberanikan diri memajukan permohonan kepada Jenderal A.H. Nasution yang ketika itu menjabat Menko Hankam KASAB, agar puteranya, Letda Pierre Tendean ditarik dari tugas khusus yang sangat berbahaya itu" tulis Masykuri dalam bukunya.
Load more