Di sebuah desa di Sulawesi Barat penembakan didahului de-
ngan adegan adu jotos antara seorang yang dituduh sebagai ekstremis dan orang yang dengan terpaksa dan dengan penuh ketakutan ditunjuknya sebagai teman sesama ekstremis.
"Kalau yang ditunjuk membantah, dia harus memukul yang menunjuk nya. Maka berlagalah mereka. Setelah kehabisan tenaga, kedua nya dihabisi secara bersamaan dari jarak amat dekat." tulis Salim Said.
Dengan cara-cara demikian, semangat perlawanan betul-betul dicoba untuk dilumpuhkan. Westerling menjadi tokoh yang sangat ditakuti dan disegani pada masa itu.
Baca Juga: Begini Nasib Kapten Westerling Dimasa Tuanya
Namun dikemudian hari, dalam kehidupan masa tuanya, Westerling hidup tersisih. Kebanyakan warga di Belanda menganggapnya sebagai aib yang memalukan atas tindakan yang ia lakukan dalam operasi militer di Sulawesi Selatan.
“Di sini saya tersisih dan dianggap aib yang memalukan orang Belanda.” kata Westerling dengan nada sedih kepada Salim Said.
Raymond Pierre Paul Westerling sendiri lahir di Turki pada 31 Agustus 1919, merupakan anak kedua dari Paul Westerling (Belanda) dan Sophia Moutzou (Yunani) ini dijuluki "si Turki" karena lahir di Istanbul. Westerling meninggal 26 November 1987 di Amsterdam Belanda.(Buz)
Ikuti terus berita terbaru lainnya melalu channel YouTube tvOneNews:
Load more