Jakarta - Kabar tak sedap tersiar dari negeri ginseng atau Korea Selatan perihal kerjasama pembuatan alutsista pesawat tempur KF21.
"Kelancaran kerjasama dengan Indonesia, mitra bisnis, masih menjadi tugas yang tersisa. Dari biaya pengembangan KF 21 sebesar KRW 8,8 triliun, 60% ditanggung bersama oleh pemerintah Korea, 20% oleh Indonesia, dan 20% oleh perusahaan Korea seperti KAI," demikian dikutip dari Sedaily, Senin (11/7/2022).
"Masalahnya, Indonesia terlambat memberikan kontribusi yang signifikan karena kesulitan ekonominya sendiri," tulis media itu.
Kemhan Korsel dan DAPA menjelaskan bahwa diskusi dengan Indonesia berjalan baik untuk menyelesaikan masalah tunggakan pembayaran.
(KF-21 Prototipe Unit 1 sedang melakukan 'tes taksi' di Pangkalan Udara Sacheon di Gyeongnam, 6 Juli 2022. Sumber: sedaily)
"Namun demikian, kebijakan otoritas Korea tegas, jika Indonesia tidak membayar tunggakan sampai akhir, pemerintah tidak akan memberikan satu (Prototipe Unit 5) ke Indonesia di antara enam prototipe terbang," demikian kutipan berita yang dilansir Sedaily.
Diketahui, kesepakatan Indonesia dan Korea Selatan terkait program KFX/IFX diteken pada 6 Oktober 2014 di Surabaya, Jawa Timur. Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsuddin yang menjabat waktu itu menyebut jika proyek pembuatan pesawat tempur ini menelan anggaran sebesar US$ 8,5 miliar atau sekitar Rp 8,5 triliun.
Indonesia dan Korsel menyepakati development cost share 20 persen dari Indonesia dan 80 persen dari Korsel. "Berarti sekitar Rp 16 triliun." Tutur Wakil Menteri Pertahanan waktu itu.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yang menjabat waktu itu juga menyebut jika KF-X/IF-X setara dengan F-22 Raptor, di mana beliau menyebut jika Indonesia akan membeli 50 pesawat tempur tersebut.
Load more