Bandung, Jawa Barat - Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil memerintahkan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jabar untuk untuk menangani, menindaklanjuti dan melakukan pendampingan kasus perundungan yang menimpa F, siswa SD di Kabupaten Tasikmalaya.
Gubernur Ridwan Kamil juga meminta penegak hukum memberikan sanksi kepada pelaku perundungan yang membuat seorang anak SD di Kabupaten Tasikmalaya depresi dan meninggal dunia akibat dipaksa mencabuli kucing.
Sanksi diberikan harus sesuai dengan asas kemanusiaan dan peraturan, terlebih para pelaku perundungan masih berusia anak-anak.
"Semoga tidak terulang lagi dan tetap harus ada sanksi kepada yang melakukan, walaupun masih di bawah umur. Tentu dengan asas-asas kepatutan kemanusiaan, tapi tetap harus ada pelajaran bagi mereka yang melakukannya," kata dia.
Ridwan Kamil mengutuk kejadian kasus perundungan tersebut dan seharusnya pihak sekolah bisa bertanggung jawab penuh atas kasus yang menimpa seorang muridnya tersebut.
Selain itu, lanjut dia, orang tua juga harus mampu mendidik anaknya menanamkan nilai-nilai karakter.
Menurut dia, di lingkungan rumah, sosok orang tua adalah guru, sedangkan di sekolah, guru adalah orang tua.
"Saya ini seorang survivor dari bully zaman SMP. Pak Gubernur ini korban bully, jadi saya merasakan betul rasanya di-bully. Sehingga tanggung jawab paling utama adalah di lingkungan terdekat yaitu guru dari sekolah," katanya.
Sebelumnya diketahui, F, seorang siswa kelas V SD di Kabupaten Tasikmalaya meninggal dunia akibat depresi.
Adapun penyebabnya korban depresi hingga akhirnya meninggal dunia akibat dipaksa teman sepermainannya untuk melakukan perbuatan tak senonoh dengan kucing.
Peristiwa itu direkam melalui video dan rekamannya kemudian menyebar di media sosial sehingga korban malu dan tertekan hingga akhirnya mengalami depresi.
Setelah itu, F, tidak makan dan minum hingga kondisi kesehatan fisik dan psikisnya memburuk sampai akhirnya dibawa ke rumah sakit dan meninggal dunia saat dalam perawatan.
Ditemukan fakta baru pada kasus tersebut. Ternyata, semasa hidupnya korban kerap dipukuli oleh temannya. Hal itu diungkapkan ibu kandung korban, Titing (39).
Titing menuturkan korban merupakan anak kedua dari empat saudara. Korban sering menceritakan bahwa selama ini kerap dipukuli dan diejek oleh teman-teman sebayanya ketika bermain.
Terlebih lagi, setelah video perundungan itu menyebar, kondisi anaknya semakin drop dan depresi berat dan berdampak terhadap penurunan kesehatan. Korban langsung tak mau makan dan minum karena sering melamun.
Ilustrasi Perundungan (Pexels)
"Anak saya jadi malu. Tak mau makan minum, melamun terus. Setelah video itu viral, anak saya terus di-bully sampai dibawa ke rumah sakit dan meninggal saat perawatan. Sebelum kejadian itu pun anak saya curhat katanya sering dipukuli oleh temannya," kata Titing, Kamis (21/7/2022).
Titing menjelaskan anaknya dilarikan ke rumah sakit lantaran mengeluhkan sakit tenggorokan usai tak mau makan dan minum.
Pihak keluarga mengaku sempat didatangi keluarga para pelaku. Keluarga pelaku pun akhirnya meminta maaf.
Orang tua korban mengaku sudah menerima kejadian ini sebagai takdir dan menginginkan kasus serupa tak terulang.
Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengatakan pihaknya langsung melakukan investigasi setelah mendengar informasi tersebut.
Ternyata benar. Video rekaman korban menyetubuhi kucing itu dilakukan pada akhir bulan Juni lalu.
"Awalnya kami mendapat informasi video viral ada anak menyetubuhi kucing. Setelah kami lakukan pendalaman, ternyata betul yang ada di video itu ada di suatu tempat di Tasikmalaya. Kemudian kita mencoba mendalami. Kita mendapatkan bahwa video itu dibuat pada bulan Juni akhir," kata Ato.
Menurut Ato, akibat dari depresi berat itu korban mengalami penurunan psikis. Hingga akhirnya pada hari Jumat pekan lalu, korban dilarikan ke RSUD SMC Tasikmalaya.
Namun, nyawa korban tak bisa terselamatkan. Pada Minggu (17/07/2022), korban dinyatakan meninggal dunia. (ant/dai/put)
Load more