Mojokerto, Jawa Timur - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur kembali melanjutkan ekskavasi tahap keempat di tahun ketiga di Situs Kumitir. Penggalian berlangsung hingga 30 September 2021.
Targetnya meperjelas kondisi dinding situs bagian barat, yang diduga pintu gerbang istana persinggahan Bhre Wengker.
"Kita berusaha menampakkan jalur sisi barat dari bentangan yang sudah muncul di tahun 2020, hanya saja kita memperjelas lagi bukaan jalur sisi barat," kata Arkeolog BPCB Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, dilokasi penggalian, Kamis.
Wicaksono menuturkan, ekskavasi situs tahap 4 yang ada di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto ini diharapkan ada temuan baru untuk memperkuat interpretasi dinding keliling situs yang memiliki luas 6,4 hektare.
Ia menargetkan ekskavasi di tahap ke 4 ini selesai dalam 22 hari dengan luas 1.200 meter persegi.
"Kita berharap menemukan data-data baru yang nanti memperkuat interpretasi bagaimana kondisi dari dinding sisi barat yang kita duga merupakan bagian depan dari dinding keliling situs kumitir yang memiliki ukuran 312 x 203 meter," jelasnya.
Saat ekskavasi pada tahun 2019 lalu, BPCB Jatim menemukan dinding sisi timur yang jaraknya sekitar 50 meter dari istana yang diduga persinggahan Bhre Wengker, paman Raja Majapahit Hayam Wuruk. Dinding sisi timur ini memiliki dua sisi yang berbeda.
Sementara pada tahun 2020, BPCB Jatim mulai menemukan dinding sisi barat istana. Dinding ini berbentuk dengan dinding sisi timur, di sisi barat ini BPCB menemukan dinding dengan dua sisi yang sama-sama halus.
Pada ekskavasi tahap ke 3 tahun 2021 pada bulan Maret, tim ekskavasi berhasil menemukan tembok pelindung Situs Kumitir. Struktur tembok dari bata merah itu mempunyai ketebalan 170 cm dan tinggi 175 cm.
Tembok ini mengelilingi Situs Kumitir hingga membentuk area persegi panjang seluas 64.148 meter persegi atau 6,4 hektare. Yaitu panjang tembok dari barat ke timur 316 meter dan 203 meter dari utara ke selatan.Tim ekskavasi juga menemukan struktur bata dengan kombinasi bongkahan batu bulat atau bolder dan batu persegi.
Terkubur Sedimen 2 Meter
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim mencetuskan hipotesis baru, setelah menggelar tiga tahap ekskavasi Situs Kumitir di Kabupaten Mojokerto.
Struktur kuno yang ditemukan di area seluas 6,4 hektare tersebut diyakini sebagai istana persinggahan Bhre Wengker, paman Raja Majapahit Hayam Wuruk.
Sementara itu, Runtuhnya situs kumitir disebabkan akibat banjir bandang besar dari Pegunungan pada masa lalu.
Hal itu dikatakan oleh pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Ir Amien Widodo saat meninjau situs yang diyakini bekas istana Bhre Wengker, paman Hayam Wuruk di Desa Bendo Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto, Rabu 8 September 2021.
Menurut Amien, struktur bangunan purbakala di situs kumitir ini terkubur sedimen hingga ketebalan 2 meter lebih.
"Teruruk mulai dasarnya, atasnya masih teruruk lagi. Kami mempelajari prosesnya apa yang menyebabkan teruruknya itu," kata Amien dilokasi.
Ia menyebut, banjir bandang dengan kecepatan tinggi terjadi saat itu. Sehingga membuat bangunan purbakala itu terkubur.Perlu di ketahui, Ekskavasi Situs Kumitir di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo digelar tim dari BPCB Jatim pada 2019, 2020 dan 2021.
Struktur yang diyakini para arkeolog sebagai sisa-sisa istana Bhre Wengker ditemukan tepat di sebelah barat tempat pemakaman umum Dusun Bendo.
Bangunan seluas 20 x 26 meter persegi itu menghadap ke barat, atau lurus dengan pintu gerbang yang ditemukan di tembok keliling sisi barat.
Selain berbagai temuan arkeologis, hipotesis Situs Kumitir adalah istana Bhre Wengker juga ditunjang bukti-bukti literatur. Antara lain dari Kitab Negarakertagama, Kidung Wargasari dan Pararaton.
Sisa-sisa bangunan kuno di Situs Kumitir diyakini bukan istana tetap Bhre Wengker.
Istana ini hanya sebagai persinggahan Bhre Wengker saat dipanggil menghadap Raja Hayam Wuruk. Di dalam Kitab Negarakertagama dijelaskan tata letak keraton Majapahit atau Wilwatiktapura. Yaitu istana Hayam Wuruk dikelilingi istana raja-raja bawahan Majapahit. (ika nurulla/ito)
Load more