Jakarta - Ketua Panitia Musyawarah Indonesia, Panel Barus, menegaskan bahwa Musyawarah Rakyat atau Musra merupakan gagasan orisinil dari Ormas PROJO dan organisasi pelaksana lainnnya. Menjelang Pemilu 2024, alangkah baiknya tidak terburu-buru dalam dukung mendukung.
"Kita berpikir sebentar lagi 2024, waktunya beda, orangnya beda, caranya juga beda. Kita belajar dari pengalaman pemilu yang telah lalu," pungkas Panel Barus.
Menurutnya ada beberapa dasar pemikiran lahirnya musra yaitu pertama variabel calon pemimpin, kedua perbedaan waktu di 2024 nanti yang mempengaruhi tata cara pemilu, ketiga pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pihak, keempat ada momentum rakernas dari arahan jokowi agar tidak buru-buru, kelima dengarkan kembali suara rakyat.
"Jadi kalau dibilang musra itu perintah Jokowi, oh bukan. Ini ide dan pikiran kita (PROJO dan 17 ormas lainnya), ditambah ada arahan beliau di rakernas, cocok gitu. Akhirnya kami renungkan mekanisme paling cocok adalah musra," paparnya.
Musyawarah rakyat ini merupakan satu bentuk perwujudan dari pelaksanaan sila ke-4 Pancasila yaitu demokrasi yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan".
Panel berkata bahwa musra ini adalah satu niat baik menyiapkan satu ruang di mana publik bisa terlibat mempercakapkan banyak hal tentang nasib bangsa kita, tidak hanya capres tapi juga urusan agenda kerakyatan ke depannya.
"Saya sebagai ketua panitia nasional bahwa musra ini saya garansi akan menjadi alat rekam yang paling jujur untuk mengetahui apa keinginan rakyat," tandasnya.
Load more