Demi keamanan dirinya, Sang Jenderal kharismatik yang telah kenyang dengan berbagai pertempuran itu harus tiarap di lantai mobil saat dibawa keluar dari kawasan Teuku Umar.
" Mereka khawatir para pembunuh akan terus mengejar Nasution untuk kembali mencoba membunuhnya jika ia dibiarkan di rumahnya atau di sekitar situ. Kekhawatiran mereka ternyata beralasan, karena tidak lama setelah Nasution lolos seorang anggota Tjakrabirawa datang ke rumahnya mencari dia dan menanyakan di mana Nasution." tulis Victor.
Pada waktu yang sama, di pusat operasi G30S PKI di Senko, kabar lolosnya Nasution ini menimbulkan kepanikan bagi para pimpinan operasi pembersihan para jenderal Angkatan Darat tersebut.
Situasi kepanikan itu dituturkan Brigjen Suparjo, dalam surat rahasianya kepada Marsekal Omar Dhani yang ditahan di penjara militer. Namun surat itu tak berhasil sampai ke tangan Omar Dhani, karena disita petugas penjara.
"Ketika masuk berita bahwa Nasution tidak kena dan melarikan diri, kelompok pimpinan mendjadi terperanjat, kehilangan akal dan tidak berbuat apa-apa. Meskipun ada advis untuk segera melakukan offensif lagi, hanya dijawab: Ya, tetapi tidak ada pelaksanaanya." jelas Suparjo.
Pembalasan Sang Jenderal yang Terluka
Di rumah persembunyiannya pada 1 Oktober 1965, Nasution mendengar dari radio pada pukul 08.00 siaran ulang Pengumuman Dewan Revolusi, yang ditandatangani Letkol Untung. Ia kemudian memerintahkan kepada Letkol Hidajat Wirasondjaja untuk mencari informasi lebih lanjut tentang situasi Jakarta saat itu.
"Dalam hubungan ini, letkol itu pergi ke Kostrad, di situ ia bertemu dengan Soeharto dan Umar, dan melaporkan kepada mereka mengenai keadaan Nasution dan bahwa ia sehat wal’afiat dan sedang bersembunyi, karena anak buah Untung masih mencari-cari dia." tulis Victor dalam bukunya.
Load more