Poin kelima, lanjut dia, dengan peningkatan konsumsi protein hewani, baik ikan dan daging untuk peningkatan kualitas gizi. Keenam adalah inovasi untuk industri pangan lokal. Terkait hal ini, menurutnya produk pangan lokal perlu diproduksi dengan peningkatan nilai tambah dan kandungan gizi melalui industri.
“Ketujuh, pengembangan sistem logistik pangan berbasis kepulauan. Delapan, mengurangi food loss and waste (FLW) baik pada produksi, pasca panen, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi. Kesembilan, regenerasi dan penguatan kelembagaan petani,” ungkapnya.
Prof Arif kemudian melanjutkan, upaya terakhir (kesepuluh) dalam penguatan resiliensi sistem pangan, yaitu pentingnya arah kebijakan nasional yang berpihak pada pangan lokal. Seperti kebijakan rasio kandungan pangan lokal pada setiap impor gandum, misalnya.
Dalam pertemuan itu, turut hadir sebagai pembicara, Prof Nunung Nuryartono, Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University dan Elan Satriawan, PhD, dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kegiatan dipandu oleh Prof Damayanti Buchori, Ketua Pusat Ilmu Transdisiplin dan Keberlanjutan (CTSS) IPB University.(chm)
Load more