Foto: Cuplikan Film Pengkhianatan G30S PKI
Situasi di pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 itu, merupakan jam-jam genting yang sangat menentukan. Bayangan kemenangan dari rencana kudeta itu telah ada di depan mata.
Tapi kemudian, dalam hitungan jam, situasi berubah dengan cepat, para "Perwira Berpikiran Maju" itu tercekat, saat mengetahui Jenderal Nasution berhasil lolos dan bersama Mayjen Soeharto mulai mempersiapkan serangan balik.
"Ketika masuk berita bahwa Nasution tidak kena dan melarikan diri, kelompok pimpinan menjadi terperanjat, kehilangan akal dan tidak berbuat apa-apa." jelas Brigjen Suparjo, dalam surat rahasianya yang Ia selundupkan ke penjara Laksamana Omar Dhani.
Suparjo, dalam catatan Victor M. Fic, sebagaimana disebutkan dalam dokumen rahasia yang dikirim ke penjara Omar Dhani, saat itu mengkritik tentang garis komando operasi yang tidak terencana dengan rapih.
Dalam surat pada Omar Dhani tersebut, Suparjo bahkan menyayangkan sistem komando operasi yang tidak terpusat. Menurutnya, karena G30S PKI adalah operasi militer, seharusnya puncak komando dipegang oleh Letkol Untung dari kalangan militer.
"Karena yang menonjol pada ketika itu adalah gerakan militer, maka sebaiknya komando pertempuran diserahkan saja kepada kawan Untung dan kawan Syam bertindak sebagai komisaris politik. Atau sebaliknya, kawan Syam memegang komando tunggal sepenuhnya." jelasnya.
Foto: Brigjen Suparjo (kiri) dan Letkol Untung (kanan) - Dok. Wikipedia
Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau yang populer dengan sebutan G30S PKI, gagal total hanya dalam tempo hitungan jam. Kelompok militer yang disebut sebagai "perwira berpikiran maju" yang dipimpin oleh Komandan Cakrabirawa Letnan Kolonel Untung, kocar kacil oleh gempuran pasukan Angkatan Darat pimpinan Mayjen Soerhato dan Jenderal Nasution.
Load more