Sleman, DIY - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai akan berimbas pada banyak sektor. Salah satunya adalah sektor angkutan umum dan transportasi daring.
Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada, Dewanti mengatakan, kenaikan tarif angkutan umum dan ojek online akan berdampak pada penurunan jumlah penumpang. Hal itu bahkan tidak hanya berlangsung sesaat.
"Biasanya masyarakat akan mengurangi kegiatan perjalanan dengan kenaikan tarif. Tapi bagi yang membutuhkan perjalanan, hal itu tidak menjadi masalah karena menjadi kebutuhan mereka untuk kelancaran aktivitas pekerjaannya," kata Dewanti dalam rilis UGM, Rabu (14/9/2022).
Seperti diketahui, sejumlah daerah di Indonesia mulai menaikkan tarif angkutan umum sebagai imbas kenaikan harga BBM. Di antaranya, Tangerang, Bekasi, Bogor, Bandung, Kalimantan Selatan, hingga Banda Aceh.
Sementara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak melakukan kenaikan tarif untuk Trans Jogja.
"Di DIY tarif tidak dinaikkan namun layanan dikurangi seperti jarak waktu antar kedatangan bisa di halte agar kenaikan BBM tidak berdampak begitu besar," ujar Dewanti.
Selain DIY, daerah lain yang memilih tidak menaikkan tarif angkutan umum adalah DKI Jakarta. Pemprov DKI mencari jalan lain dengan memberikan subsidi sebesar 62,1 Miliar ketimbang menaikkan tarif.
Langkah Pemprov DKI ini justru mendapat apresiasi dari Dewanti karena berani memberikan subsidi yang cukup besar nilainya. Menurutnya, apa yang telah dilakukan oleh DKI Jakarta tidak semua daerah bisa melakukannya karena terbatasnya anggaran.
"Tergantung kemampuan keuangan daerah untuk bisa memberikan subsidi angkutan umum agar tarif tidak naik," ungkapnya.
Kenaikan harga BBM sekarang ini tidak hanya dirasakan oleh angkutan umum saja tapi juga pengelola angkutan daring. Mereka akhirnya melakukan penyesuaian tarif agar pendapatan mitra pengemudi tetap terjaga. (apo/act)
Load more