Jakarta - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa jumlah kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia pekan lalu mengalami angka terendah yang dilaporkan sejak Maret 2020. Hal itu menandai bahwa bisa menjadi titik balik dalam wabah global selama bertahun-tahun.
Dalam konferensi pers, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa dunia tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk menghentikan Covid-19.
“Kami belum sampai disana, tetapi akhir sudah didepan mata,” kata Direktur Jenderal WHO, dikutip dari laman Ap News pada Kamis (15/9/2022).
“Sekarang adalah waktunya untuk berlari lebih keras dan memastikan kami melewati batas dan menuai semua hasil dari kerja keras kami,” lanjutnya.
Dalam laporan mingguan tentang pandemi, badan kesehatan AS mengatakan kematian turun sebanyak 22% dalam seminggu terakhir.
Meskipun demikian, WHO memperingatkan bahwa pengujian dan pengawasan Covid-19 yang santai di beberapa negara menandakan banyak kasus yang tidak diperhatikan.
“Jika kita tidak mengambil kesempatan ini sekarang, maka kita akan menghadapi risiko lebih banyak varian, lebih banyak kematian, lebih banyak gangguan, dan lebih banyak ketidakpastian,” kata Tedros, dikutip dari laman Ap News pada Kamis (15/9/2022).
WHO melaporkan bahwa sub varian Omicron BA.5 terus mendominasi secara global dan terdiri dari hampir 90% sampel virus yang dibagikan dengan database publik terbesar di dunia.
Dalam beberapa pekan terakhir, otoritas pengatur di Eropa, AS, dan tempat lainnya telah menghapus vaksin yang dimodifikasi yang menargetkan virus corona asli dan varian yang lebih baru termasuk Omicron BA.5.
Pimpinan teknis WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan organisasi itu memperkirakan gelombang penyakit di masa depan, tetapi berharap itu tidak akan menyebabkan banyak kematian.
Sementara itu di China, di wilayah Xinjiang paling barat penduduk di wilayah tersebut mengaku kelaparan, mengalami karantina paksa, dan berkurangnya pasokan-pasokan obat-obatan serta kekurangan bahan kebutuhan sehari-hari setelah lebih dari 40 hari menjalani masa lockdown.
Ratusan unggahan di media sosial menampilkan berbagai video kulkas kosong, anak-anak demam, dan orang-orang berteriak dari jendela masing-masing.
Pada hari Senin (12/9/2022) waktu setempat, polisi mengumumkan penangkapan enam orang karena menyebarkan desas-desus tentang lockdown termasuk mengunggah tentang seorang anak yang meninggal dan dugaan bunuh diri. Hal tersebut dianggap menghasut dan mengganggu ketertiban sosial. (mg1/ree)
Load more