LIVESTREAM
img_title
Tutup Menu
News Bola Daerah Sulawesi Sumatera Jabar Banten Jateng DI Yogya Jatim Bali
Ketua Central Committee PKI Dipa Nusantara Aidit
Sumber :
  • istimewa

Pelarian Aidit ke Yogyakarta, Bermaksud Membuat Pemerintahan Darurat PKI, Namun Jalan Hidupnya Berakhir di Sebuah Sumur Tua

Dini hari, 2 Oktober 1965 pukul 01.00, Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit bergegas. Usai G30S PKI gagal ia harus menyiapkan rencana untuk teruskan perlawanan.

Jumat, 16 September 2022 - 10:52 WIB

Dini hari itu, 2 Oktober 1965 pukul 01.00, Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit bergegas. Usai G30S PKI gagal dalam hitungan jam membuatnya harus menyiapkan rencana alternatif untuk meneruskan perlawanan.

Peneliti Amerika Serikat, Victor M Fic dalam bukunya "Kudeta 1 Oktober 1965, Sebuah Studi Tentang Konspirasi", menceritakan bagaimana para konspirator G30S PKI berupaya melarikan DN Aidit keluar Jakarta pasca aksi militernya dibungkam Soeharto dan Nasution.

Sjam Kamaruzzaman meminta Sujono agar mendekati Marsekal Omar Dhani untuk meminta sebuah pesawat bagi Aidit. Sujono melapor kembali menjelang pukul 23.00, 1 Oktober 1965, bahwa ia telah mendapatkan sebuah pesawat, dan saat itu juga diputuskan bahwa Aidit harus pergi ke Yogyakarta, ditemani oleh sekretarisnya, Kusno dan Walujo.

"Segera setelah pesawat diisi bahan bakar dan siap, Sjam mengeluarkan Aidit dari rumah Suwardi dan membawanya ke landas pacu untuk menaiki pesawat itu, yang tinggal landas pada pukul 1.00 pagi tanggal 2 Oktober 1965 dengan tujuan Yogyakarta." tulis Victor.

Baca Juga :

Foto: Rumah Sersan Udara Suwardi di Halim (Dok Victor M. Fic - Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi tentang Konspirasi)

Aidit melarikan diri ke Yogyakarta dengan sejumlah rencana, diantaranya membuat pemerintahan darurat Dewan Revolusi di Yogyakarta, mengevakuasi presiden Soekarno ke Yogyakarta dan memulai suatu “counter-offensive revolusioner” melawan Soeharto dan Nasution yang mendominasi Jakarta dan Jawa Barat. 

Menurut Victor, teori perang tipe ini diajarkan di setiap akademi militer di negara-negara komunis sebagai salah satu doktrin militer unggulan.

Teori ini memadukan operasi-operasi tradisional dari pasukan bersenjata reguler dengan perang gerilya di belakang garis musuh, dimana sabotase, pembunuhan, penyanderaan, teror, dan propaganda menjadi ciri khasnya.

Foto: Joseph Stalin dan DN Aidit (Kolase tvonenews.com/Istimewa)

Aidit juga berhubungan, melalui saluran-saluran AURI, dengan
Subandrio dan Njoto di Sumatra, untuk meminta “pihak-pihak bersahabat,” maksudnya Cina dan Vietnam Utara, agar memberikan senjata dan bentuk-bentuk bantuan lain. 


Penerbangan Aidit dari Halim - Yogyakarta

Ambarwulan dan Aminuddin Kasdi, dalam tulisannya berjudul "PKI Dibalik Gerakan 30 September 1965" BAB IV Buku Malam Bencana 1965, menceritakan bagaimana proses pelarian Aidit ke Yogyakarta itu dilakukan.

Adalah Letnan Udara Aries, sosok yang diperintahkan Marsekal Omar Dhani melalui Komandan Wing Operasional 001 Pangkalan Angkatan Udara (PAU) Halim, Kolonel Wisnoe, untuk melakukan penerbangan VIP dengan sebuah pesawat Dakota T-443 membawa Aidit ke Yogyakarta. 

Kolonel Wisnoe memerintahkan Letnan Udara Aries, agar selama penerbangannya setiap 30 menit melapor ke PAU Halim. Waktu itu jarak Yogyakarta-Halim ditempuh dalam waktu 2 jam penerbangan dengan menggunakan pesawat berbaling-baling.

Dalam penerbangan menuju ke Yogyakarta, Letnan Satu Aries, rupanya tidak berhasil melakukan hubungan radio dengan PAU Adi Sutjipto karena lampu landasan tidak menyala. Selama 30 menit pesawatnya hanya berputar-putar di sebelah timur laut pangkalan Adi Sutjipto. 

"Tatkala pesawat menggeser holding di sebelah timur pangkalan, tiba-tiba lampu landasan menyala. Ternyata sandi intelijennya, apabila pesawat pesawat holding di sebelah timur pangkalan, berarti pesawat kawan, dan Aries tidak mengetahuinya." tulis Ambarwulan dan Aminuddin Kasdi.

Foto: Dipa Nusantara Aidit (Istimewa)

Aries kemudian mendaratkan pesawatnya di run away 09 Lanud Adi Sutjipto. Mengetahui di tengah malam itu sebuah pesawat Dakota mendarat di PAU Adi Sucipto, beberapa perwira Angkatan Udara kemudian datang di terminal.

Mereka yang datang adalah Mayor Udara Sugiantoro, Komandan
Skadron Pendidikan Udara B, perwira intelijen Mayor Udara Soedardjo, perwira logistik Mayor Udara Soenarjo, Instruktur Penerbang AAU Mayor Udara Anwar, perwira hukum AAU Mayor Udara Sarwata, dan Gubernur AAU Komodor Udara Dono Indarto yang datang terakhir.

Para perwira itu pada umumnya telah mendengar pidato Pangkostrad Mayjen Soeharto melalui siaran RRI Pusat, 1 Oktober 1965, pada pukul 19.00 tentang kudeta militer yang dilakukan oleh G30S PKI.

Usai mendarat di PAU Adi Sutjipto, Letnan Udara Aris kembali bersiap menerbangkan lagi pesawatnya. Ketika Aidit turun dari pesawat, ia bertanya kepada Aris,

“Pesawat ini mau ke mana?” 
“Pesawat ini mau ke Jakarta” jawab Aris. 
"Apa tidak bisa mengunggu" Aidit bertanya lagi.

Namun Aris menjawab, bahwa ia harus segera membawa pesawat kembali ke Halim.

Gubernur AAU Komodor Udara Dono Indarto yang datang menemui Aidit kemudian bertanya tentang tujuannya ke Yogyakarta, Aidit menjawab bahwa ia diperintahkan Presiden Soekarno untuk melakukan persiapan, karena kemungkinan Bung Karno akan ke Yogyakarta.

Foto: Presiden RI pertama Soekarno dan Dipa Nusantara Aidit

Dengan pengakuan Aidit yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kordinator/ Wakil Ketua MPRS tengah melaksanakan tugas Presiden Sukarno, para perwira AURI itu menawarkan untuk mengantarkannya menemui Sri Paku Alam. 

Akan tetapi Aidit minta diantar ke rumah Soetrisno, Ketua CDB PKI Yogyakarta. Salah seorang perwira AU menyarankan agar Aidit diantar dengan mobil dinas Gubernur AAU. Namun Komodor Dono Indarto menolak usulan itu. 

Akhirnya Aidit diantar dengan mobil Morris, sedangkan para perwira mengikuti dari belakang dengan mengendarai gaz. Karena diantara mereka tidak ada yang mengetahui rumah Ketua CDB PKI, rombongan kecil itu sempat nyasar dua kali. 

Mula-mula mereka ke rumah Ketua Partai NU, kemudian nyasar ke rumah Ketua PNI. Lalu setelah rumah Soetrisno ditemukan, para perwira itu meninggalkan Aidit. 

Para perwira menengah AURI itu saling bertanya, mengapa kedatangan seorang Menko tidak menemui Gubernur, melainkan malah menemui Ketua CDB PKI yang terletak di kampung.

Pada tanggal 2 Oktober 1965 pagi, Aidit membuat pengumuman No. 3/10/1965 yang menyatakan bahwa pelaksanaan G30S di Jakarta, seolah-olah direstui oleh Presiden Sukarno. 

Pengumuman itu disusunnya sendiri, kemudian diserahkan kepada Wirjomartono, Ketua Biro Khusus Yogyakarta, dan seterusnya diberikan kepada Mayor Moeljono, untuk disiarkan melalui radio. 

 

Akhir Kisah Pelarian Dipa Nusantara Aidit

Dalam catatan peneliti Amerika serikat Victor M Vic, Aidit mengadakan pertemuan darurat dengan para pimpinan PKI di Yogyakarta. Ia melaporkan secara rinci peristiwa yang terjadi pada hari sebelumnya dalam kudeta G30S PKI di Jakarta.

Pertemuan itu juga membahas penilaian tentang kemungkinan membentuk kelompok-kelompok bersenjata setempat untuk mendukung Dewan Revolusi Untung, dan menyimpulkan bahwa ini tidak mungkin. 

Pertemuan memutuskan bahwa PKI cabang propinsi akan melancarkan aksi-aksi massa untuk membela Presiden Soekarno, yang sekarang sudah menjadi tawanan Soeharto, dan bahwa kebijakan ini akan diterapkan selama dukungan Presiden pada PKI tidak berubah.

Aidit kemudian meninggalkan Yogyakarta menuju Semarang, tempat Lukman, Sujono Atmo dan pemimpin puncak PKI provinsi mengadakan pertemuan darurat.

Pertemuan ini sangat penting, karena menghasilkan sebuah pernyataan PKI yang berisi garis partai yang menyebutkan bahawa G30S PKI adalah konflik internal Angkatan Darat.

Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak ada sangkut pautnya dengan gerakan itu, dan bahwa tugas partai dalam menghadapi situasi sekarang ini adalah melakukan konsolidasi kekuatan untuk menangkal kemungkinan serangan dari kekuatan-kekuatan reaksioner atas partai dan Presiden.

"Aidit dan Lukman tentunya merasa sangat puas dengan perkembangan situasi yang membuktikan kebenaran strategi yang dijalankan PKI untuk melaksanakan kudeta itu, yaitu memisahkan dengan tegas dan hati-hati antara partai dengan aksi Untung." tulis Victor M Fic. 

Pada larut petang tanggal 2 Oktober, Aidit dan Lukman berangkat menuju Boyolali dan kemudian Solo, tempat pertemuan juga diadakan dengan pimpinan partai propinsi dan pimpinan militer. Namun, di Solo, Aidit tidak berhasil mendapat persetujuan partai untuk menerima keputusan pertemuan Semarang.

Cara Aidit melaksanakan operasi di Jakarta mendapat kecaman bertubi-tubi dari anggota-anggota yang radikal yang menuntut perjuangan bersenjata dengan segera, dan ketika diadakan pemungutan suara, Aidit kalah suara, oleh kombinasi suara Suwarno, Suwardi dan Utomo Ramelan, Walikota Solo. 

Pertemuan kemudian menyetujui sebuah kebijakan baru, yang diusulkan oleh Utomo Ramelan, bahwa PKI mendukung sepenuhnya operasi Gerakan 30 September dan tujuan-tujuannya, dan bahwa perjuangan bersenjata harus dilancarkan untuk mendukung gerakan itu, merebut kekuasaan pemerintah setempat, dan membela partai.

Nama Presiden Sukarno, dan soal penjagaan keselamatannya, tidak pernah disebut-sebut. Karena kebijakan yang disepakati di Solo dan garis umum partai yang disepakati di Semarang, jelas bertentangan satu sama lain, partai itu kemudian
terbagi ke dalam sayap radikal dan sayap moderat beberapa jam kemudian.

Foto: DN Aidit (Dok.Kemdikbud)

Masing-masing sayap mengambil jalan sendiri-sendiri, dengan akibat bahwa konflik mereka itu menjerumuskan seluruh kegiatan partai di seluruh Jawa ke dalam kekacauan luar biasa. 

"Kita memiliki sebuah penilaian yang dapat dipercaya tentang perkembangan keadaan di Jawa, pada saat itu, oleh sekelompok pemimpin yang kelak menjadi sayap pro-Moskow PKI. Dalam waktu 24 jam pimpinan partai di propinsi-propinsi dan kabupaten-kabupaten ditangkap oleh pihak berwenang secara besar-besaran dan boleh dikatakan tanpa perlawanan." ungkap Victor. 

Nasib serupa juga kemudian dialami Aidit setelah hampir dua bulan dalam pelariannya. Tanggal 22 November 1965, Ia akhirnya ditangkap di Solo oleh pasukan dari Brigade 4 Kodam Diponegoro pimpinan Kolonel Yasir Hadibroto.

Keesokan harinya Aidit dibawa ke Boyolali, di sebuah sumur tua di kawasan markas Batalyon 444, Aidit diminta menyampaikan pesan terakhirnya, sebelum akhirnya dieksekusi mati ditempat itu pada pagi buta 23 November 1965. Usai sudah kisah pelarian Ketua Central Committee PKI itu. (Buz)

 

Komentar
Berita Terkait
Topik Terkait
Saksikan Juga
Jangan Lewatkan
Jaminan Sosial Pegang Peranan Penting Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Jaminan Sosial Pegang Peranan Penting Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Jaminan sosial memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas pekerja, guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Basarnas Gelar Diskusi bertajuk

Basarnas Gelar Diskusi bertajuk "Membangun Budaya SAR Dalam Rangka Mitigasi Kegawatdaruratan Global"

Untuk mempererat dan meningkatkan hubungan dengan awak media, Basarnas menggelar coffee morning bertajuk "Membangun Budaya SAR Dalam Rangka Mitigasi Kegawatdaruratan Global", Jumat (29/11/2024).
Ormas SMPB Dukung PSN PIK 2, Lawan Politik Adu Domba

Ormas SMPB Dukung PSN PIK 2, Lawan Politik Adu Domba

SMPB menilai PSN PIK 2 sebagai sebuah inisiatif strategis yang tidak hanya akan mempercepat pembangunan ekonomi, tetapi juga memberikan kesempatan besar bagi pemuda Banten
Ganjar Pranowo Ungkap Rahasia Kemenangan Pramono Anung-Rano Karno di Pilgub DKI Jakarta

Ganjar Pranowo Ungkap Rahasia Kemenangan Pramono Anung-Rano Karno di Pilgub DKI Jakarta

Politisi PDI Perjuangan sekaligus mantan calon presiden, Ganjar Pranowo, membeberkan kunci kemenangan pasangan calon gubernur Pramono Anung dan Rano Karno
Sebelum Tidur Tolong Baca Doa Pelunas Utang ini, Jangan Kaget Kalau Besok Pagi Kebanjiran Rezeki, Kata Ustaz Adi Hidayat

Sebelum Tidur Tolong Baca Doa Pelunas Utang ini, Jangan Kaget Kalau Besok Pagi Kebanjiran Rezeki, Kata Ustaz Adi Hidayat

Sebelum tidur, tolong baca doa pelunas utang ini kata Ustaz Adi Hidayat jangan kaget kalau kebanjiran rezeki. Seperti apa? Simak penjelasannya berikut ini.
Hati-hati Jika Masih Terbiasa Menunda Shalat dan Sering Lupa Jumlah Rakaat, Kata Ustaz Adi Hidayat Bisa Jadi Anda Sedang Dikuasai... 

Hati-hati Jika Masih Terbiasa Menunda Shalat dan Sering Lupa Jumlah Rakaat, Kata Ustaz Adi Hidayat Bisa Jadi Anda Sedang Dikuasai... 

Ustaz Adi Hidayat sebut kebiasaan menunda shalat dan sering lupa jumlah rakaat adalah salah satu bentuk tipu daya dari setan. Bisa jadi anda sedang dikuasai...
Trending
Ketum PSSI Erick Thohir Full Senyum Usai FIFA Beri Kabar Baik untuk Timnas Indonesia, Begini Katanya...

Ketum PSSI Erick Thohir Full Senyum Usai FIFA Beri Kabar Baik untuk Timnas Indonesia, Begini Katanya...

Ketum PSSI Erick Thohir full senyum usai FIFA beri kabar baik terkait timnas Indonesia. Diketahui, Indonesia kini miliki 1.135,11 poin, atau tambah 16,24 poin.
Dua Pemain Keturunan Ini Berharap Segera Naturalisasi, PSSI harus 'Gercep' Kalau Tidak Mau Diambil Timnas Belanda..

Dua Pemain Keturunan Ini Berharap Segera Naturalisasi, PSSI harus 'Gercep' Kalau Tidak Mau Diambil Timnas Belanda..

Bocoran nama-nama pemain keturunan yang masuk list PSSI untuk dinaturalisasi agar bisa memperkuat Timnas Indonesia PSSI harus gercep kalau tidak diambil Belanda
Omongan Jujur Erick Thohir ke Media Italia Bikin Media Vietnam Heboh, Sebut Timnas Indonesia saat Ini Masih...

Omongan Jujur Erick Thohir ke Media Italia Bikin Media Vietnam Heboh, Sebut Timnas Indonesia saat Ini Masih...

Omongan jujur Erick Thohir kepada media Italia ternyata membuat media Vietnam heboh, Erick Thohir berbicara soal Timnas Indonesia dan potensi di masa depan.
Reaksi Kevin Diks usai Ranking FIFA Timnas Indonesia Meroket ke Peringkat 125 Dunia, Bek FC Copenhagen Itu Bilang...

Reaksi Kevin Diks usai Ranking FIFA Timnas Indonesia Meroket ke Peringkat 125 Dunia, Bek FC Copenhagen Itu Bilang...

Bek FC Copenhagen, Kevin Diks memberikan reaksi usai ranking FIFA Timnas Indonesia naik ke peringkat 125 dunia pada edisi November 2024 ini.
Media Korea Beri Ancaman untuk Megawati Hangestri Jelang Big Match IBK Altos Vs Red Sparks, Gara-gara Lee So-young...

Media Korea Beri Ancaman untuk Megawati Hangestri Jelang Big Match IBK Altos Vs Red Sparks, Gara-gara Lee So-young...

Media Korea Selatan memberikan 'ancaman' untuk Megawati Hangestri dan kawan-kawan jelang big match antara IBK Altos Vs Red Sparks di Liga Voli Korea 2024-2025.
Dua Pekan Berlalu, Pelatih Jepang Tiba-tiba Sampaikan Permohonan Maaf soal Laga Melawan Timnas Indonesia: Saya Sangat Ingin...

Dua Pekan Berlalu, Pelatih Jepang Tiba-tiba Sampaikan Permohonan Maaf soal Laga Melawan Timnas Indonesia: Saya Sangat Ingin...

Pelatih Jepang, Hajime Moriyasu, secara mengejutkan menyampaikan permintaan maaf baru-baru ini soal laga Timnas Indonesia vs Jepang. Singgung para pemainnya...
Sudah Foto Bareng Erick Thohir, Omongan Ole Romeny kepada Media Belanda Soal Timnas Indonesia 8 Bulan Lalu Jadi Kenyataan? Katanya...

Sudah Foto Bareng Erick Thohir, Omongan Ole Romeny kepada Media Belanda Soal Timnas Indonesia 8 Bulan Lalu Jadi Kenyataan? Katanya...

Striker FC Utrecht asal Belanda Ole Romeny ternyata pernah mengatakan jika dia senang apabila dapat kesempatan bela Timnas Indonesia sejak delapan bulan lalu.
Selengkapnya
Viral