Sementara itu, akademisi dari Universitas Catur Insan Cendekia, Taufan Hunneman diksi 'gerombolan' Effendi Simbolon tidak tepat bahkan cendrung tendensius. Sebab secara fakta sejak reformasi hingga kini kita bisa melihat bahwa TNI melakukan transformasi.
Menurut Taufan, setidaknya ada 3 hal yang dilakukan TNI yakni transformasi organisasi, TNI berbasis kompetensi dengan mengutamakan profesionalisme dalam bertindak, dan Dinamika di tubuh TNI serta terciptanya kondusifitas menunjukkan kedewasaan TNI dalam mengelola dinamika dalam tubuhnya.
"Oleh sebab itu ketika masyarakat melihat segala effort dilakukan dan di bandingkan dengan diksi 'gerombolan' yang diucapkan tanpa berbasis data, asumsi dan juga menimbulkan tendensi yang merupakan satu pendeskripsian salah tidak heran muncul reaksi ysng demikian masif," lanjutnya.
Ia menuturkan permintaan maaf Effendi Simbolon yangg menggunakan diksi itu harus juga dijadikan ruang evaluasi, intropeksi dalam memaknai arti kebebasan dan imunitas dalam memberikan pertanyaan sebagai hak bertanya anggota dewan.
"Dalam pandangan Habermas, komunikasi yang efektif apabila dibangun dalam prinsip kesetaraan sehingga tidak terkesan legislative heavy dalam konteks ini maka perlu dibangun satu kesepahaman di antara berbagai lembaga dalam mensikapi proses komunikasi ini," ucapnya. (ebs/ree)
Load more