Didalam lubang tersebut, ditemukan sejumlah jasad yang belum dikenali. Namun diduga kuat, jasad tersebut terkait dengan hilangnya para jenderal pimpinan Angkatan Darat yang diculik oleh kelompok G30S PKI pada dini hari, tanggal 1 Oktober.
Foto: Kakak Pierre Tendean, Mitzi dan Bonnie putranya disamping makam Piere.(Masykuri, "Pierre Tendean" - 1983/1984)
Karena kondisi mulai gelap, proses penggalian mengalami sejumlah kendala teknis, maka diputuskan proses evakuasi jasad di dalam lubang tersebut akan dilanjutkan pada keesokan harinya, Senin 4 Oktober 1965.
Senin pagi itu, karena sempit dan dalamnya lubang sumur tua itu, pengangkatan jenazah yang terkubur di dalamnya menjadi sangat sulit dilakukan.
Sumur tua itu dalamnya 12 meter dan garis tengahnya hanya lebih kurang 0,75 meter, ditimbun dengan sampah-sampah kering, batang-batang pohon pisang, daun singkong dan tanah secara berselang-seling.
Panglima Kostrad, Mayor Jenderal Soeharto datang langsung memantau proses penggalian. Ia tak datang sendiri, bersamanya ikut serta para pimpinan Angkatan Darat dan rombongan wartawan yang mengabadikan langsung proses pengangkatan jenazah tersebut.
Secara teknis penggalian dilakukan oleh anggota-anggota Kesatuan Intai Para Amphibi (KJPAM) dari KKO Angkatan Laut dengan memakai alat-alat seperti tabung zat-zat asam dan lain sebagainya.
Masykuri, dalam bukunya "Pierre Tendean" terbitan 1983/1984 menceritakan jam demi jam proses pengangkatan jenazah para korban G30S PKI tersebut.
Load more