Untuk diketahui, AKBP Ferli Hidayat merupakan polisi kelahiran 3 September 1982 asal Palembang, Sumatera Selatan.
Adapun AKBP Ferli Hidayat mengemban pendidikan SMA Taruna Nusantara pada tahun 2001 dan menyelesaikan Akademi Kepolisian pada tahun 2004.
Dalam dunia kepolisian, AKBP Ferli Hidayat, berpengalaman dalam bidang lantas. Bahkan, Ferli sempat menjabat sebagai Kasubag Bungkol Spripim Polri.
Sebelum dia menjadi Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat dahulu pada saat akademi tergabung pada Batalyon Tatag Trawang Tungga.
Sosok AKBP Ferli Hidayat. (taruna nusantara)
Selanjutnya, pada tahun 2009, lelaki kelahiran tahun 1982 ini, juga berhasil menyelesaikan pendidikan strata 1 jurusan Hukum di Universitas Widya Mataram Yogyakarta.
Pada tahun 2013, Ferli juga meraih gelar magister hukum di Universitas Diponegoro. Selain menempuh pendidikan umum, lelaki asal Palembang ini terus mengejar cita-citanya dengan mengikuti pendidikan kepolisian di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian pada tahun 2009 hingga 2011.
Kemudian ia mengabdi sebagai Kasattar Karbinarsis pada tahun 2011. Kemudian, mantan Kapolres Malang ini bertugas di Polda Kalimantan Timur sebagai Paur STNK Ditlantas Polda Kaltim.
Memang, karier kepolisian AKBP Ferli Hidayat ini sangat cemerlang dan berlanjut di berbagai daerah.
Pada tahun 2015, dirinya pernah bertugas sebagai Kasat Lantas di Polda Kaltim dan terakhir dirinya berdinas di Mabes Polri sebagai Kasubbagbungkol Sipripim Mabes Polri pada 2021.
Sedangkan 24 Januari 2022, dirinya saat itu mengemban tugas sebagai Kapolres Malang, menggantikan AKBP Raden Bagoes Wibisono.
Pesan Aremania
Saksi mata dari Aremania meminta kepada aparat yang menembakkan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) mengaku.
“Kepada aparat menyemprotkan gas air mata tolong mengaku, mungkin anda bisa selamat di dunia tapi tidak bisa selamat di akhirat,” ujar Rudi (nama samaran) dalam Program Dialog tvOne, Catatan Demokrasi, dikutip Rabu (5/10/2022).
Sementara menurutnya, pemantik pertama dari kericuhan di Stadion Kanjuruhan itu diduga ketika polisi memukul suporter yang turun ke lapangan.
Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah laga. (ant)
“Menurut saya seperti itu akhirnya menyebabkan Aremania yang di atas tribun tidak terima temannya dipukuli di bawah lapangan akhirnya terjadilah pukul-pukulan antara Aremania dan aparat,” kata Rudi.
Load more