Jakarta - Politikus senior Partai NasDem Zulfan Lindan membantah partainya mengusung Anies Baswedan sebagai capres untuk meraih suara mayoritas Islam di Pilpres 2024.
Menurut dia, alasan NasDem memilih Anies sebagai capres yaitu karena menjadi salah satu figur di Indonesia yang mempunyai pendukung dari berbagai elemen.
"Begini, kalo dibilang Anies sebagai Islam garis keras itu nggak. Tetapi kan karena dia sebuah figur, siapa saja menjadi pendukungnya," ungkap Zulfan di Jakarta, Rabu (5/10/2022).
Ia menjelaskan, Gubernur DKI Jakarta itu mempunyai banyak pendukung mulai dari Islam garis keras hingga nonmuslim.
"Siapa saja kan menjadi simpatisannya. Ada Islam garis keras, Islam moderat, nonmuslim juga ada pendukung-pendukungnya," ujar dia.
"Jadi saya kira kita jangan terjebak pada istilah Islam garis keras itu. Anies ini bebas. Saya kira dia seorang demokratis. Seorang yang terbuka pada siapapun," sambungnya.
Lebih lanjut, Zulfan mengatakan Anies bukan sebagai kelompok Islam garis. Ia menilai pemikirannya adalah pemikiran moderat.
"Bahwa pendukung itu kan bisa siapa saja. Jadi nggak bener isu Anies Islam garis keras, karena kita juga sering diskusi sama dia. Cara-cara berpikir dia itu sudah cukup moderat, cukup nasionalis, dan saya kira Pak Surya nggak sembarangan lah dalam hal ini," ujarnya. (saa/ppk)
Sebelumnya, Tokoh Front Pembela Islam (FPI) dan Koordinator Humas Persaudaraan Alumni PA 212 Novel Bamukmin tegas tidak mendukung deklarasi capres Partai NasDem.
Menurut dia, hal itu bisa berpotensi memecah belah ummat. Diketahui, NasDem sudah deklarasi Anies Baswedan sebagai capres 2024 pada 3 Oktober 2022.
"Kami tidak mendukung deklarasi NasDem, takut memecah belah ummat," ujar Novel, Selasa (4/10/2022).
Ia menyebut pernah melaporkan Viktor Laiskodat selalu kader NasDem atas dugaan penistaan agama Islam. Bahkan, pihaknya sempat mendemo kantor NasDem dan Mabes Polri.
Lebih lanjut, Novel juga menyebutkan alasan pihaknya tidak ingin mendukung NasDem mengusung capres.
Yakni, menduga partai dan perusahaan televisi yang dipimpin Surya Paloh itu bekerja sama dengan Partai Komunis Cina. Sebab, FPI selalu mendapat framing negatif, misalnya bertindak anarkis.
Adapun alasan kedua, ia menduga Jaksa Agung bernama Muhamad Prasetyo sebagai mantan kader NasDem ikut terlibat dalam kriminalisasi ulama FPI. Seperti Habib Rizieq Syihab dan Habib Bahar Smith.
"Juga para ulama yg saat ini bersidang seperti KH Farid Okbah, Zein Annajah dan Hanung Alhamad dan habaib yang lainnya," ujarnya. (saa/ppk)
Load more