Jakarta - Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, masih menyisahkan luka dan duka yang mendalam bagi pecinta sepak bola. Hal itu juga yang dirasakan seorang wanita asal Malang, Ermiyati, bahkan sampai saat ini dirinya tidak menyangka bisa terjadi peristiwa terebut.
Pasalnya, sebelum tragedi Kanjuruhan, Ermiyati bersama suami dan anaknya yang berusia 3,5 tahun berswafoto dan ironinya, foto itu menjadi momen terakhir dirinya bersama suami dan anaknya. Karena, suami dan anaknya tewas atas tragedi Kanjuruhan tersebut.
"Saya waktu itu sama anak dan suami dan saudara. Ketika ada gas air mata itu saya masih di tribun, tapi waktu tembakan pertama suami ngajak pulang," ungkap Ermiyati kepada tim tvonenews.com, Sabtu (8/10/2022).
"Pas keluar dari stadion kondisi uda kayak gitu, pintu dalam kondisi tertutup. Terus berdesak-desakkan di pintu keluar. Saya selamat karena tadi sudah dekat pintu keluar. Jadi saya terpisah dari anak dan suami, karena saya dituruni orang," sambung Ermiyati menjelaskan tragedi tersebut.
Ia juga mengungkapkan, dirinya tak menyangka, bahwa foto yang dia ambil ketika pertandingan Arema FC dan Persebaya di tribun, menjadi momen terakhirnya dengan suami dan anak.
Untuk diketahui, Ermiyati merupakan satu di antara dari ratusan orang yang merasakan pahitnya kehilangan anggota keluarga dalam tragedi Kanjuruhan. Hal itu lantaran, suami dan anaknya menjadi korban tragedi Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu.
Ermiyati warga Kelurahan Pulau Sari, Kecamatan Belimbing, Kota Malang ini juga menceritakan detik-detik tragedi tersebut. Ia katakan, saat gas air mata ditembakan ke tribun, dirinya bersama anak dan suaminya bergegas turun ke G13.
Namun, Ermiyati sempat ditolong untuk kembali ke tribun dan di situlah dirinya terpisah dengan suami dan anaknya.
Selanjutnya, seperti yang diberitakan saat ini, pihak kepolisian kembali merilis data terbaru korban tragedi Kanjuruhan yang menelan ratusan nyawa usai pertandingan sepak bola antara Arema FC vs Persebaya Surabaya. Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Dedi Prasteyo mengatakan data korban luka dan jiwa itu tercatat pada Jumat (7/10/2022).
Menurutnya terdapat 678 orang secara keseluruhan dari korban jiwa dan luka dari tragedi Kanjuruhan. "Terdiri dari korban meninggal dunia 131 orang, jumlah korban luka 547 orang," ujar Dedi dalam keterangannya, Jakarta, Sabtu (8/10/2022).
Dedi menuturkan dari 547 korban luka tersebut terinci dalam beberapa golongan diantaranya 481 orang berstatus luka ringan. Sementara, 43 orang lainnya mengalami luka sedang, dan tercatat luka berat sebanyak 23 orang.
Adapun, kata Dedi, sebanyak 60 korban masih menjalani perawatan di rumah sakit setempat.
Selain itu, Dedi memastikan data korban luka dan jiwa itu merupakan hasil konsolidasi yang telah dilakukan pengecekan bersama dengan pemerintah setempat. "Dan dengan rumah sakit terkait," pungkasnya.
Kemudian, imbas dari tragedi Kanjuruhan ini, membuat Federation Internationale de Football Association (FIFA) akan berkantor di Indonesia. Hal ini dibeberkan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (7/10/2022) malam.
Adapun alasan utama FIFA berkantor di Indonesia, disebutkan Jokowi, karena FIFA dengan pemerintahan Indonesia akan membentuk tim transformasi untuk sepak bola di tanah air. Hal itu lantaran tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) lalu.
"Kemarin saya telah menerima surat dari FIFA, ini adalah tindak lanjut dari hasil dari pembicaraan saya melalui telepon dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, pada tanggal 3 Oktober 2022 yang lalu," ujar orang nomor satu di Indonesia, Joko Widodo, seperti yang dikutip tvonenews,com dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu, (8/10/2022).
Mantan Wali Kota Solo itu juga mengungkapkan, bahwa sepak bola tersebut tidak dikenakan sanksi oleh FIFA atas tragedi Kanjuruan. (Aag)
Load more