Jakarta - Mabes Polri akhirnya merespons temuan dugaan mobilisasi aparat yang diduga membawa gas air mata ketika pertengahan babak kedua antara Arema FC Vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022) lalu.
Seusai pertandingan, suporter Arema FC, Aremania pun terlihat turun dari tribun penonton untuk ke lapangan. Akibatnya, kerusuhan pun terjadi ketika aparat kepolisian berusaha mengamankan dengan gas air mata.
Tragedi Kanjuruhan pun tidak bisa terelakkan dengan jatuhnya ratusan korban jiwa. Setidaknya ada 131 korban jiwa menurut data Mabes Polri.
Tim pencari fakta yang digagas Koalisi Masyarakat Sipil menemukam kejanggalan terkait tragedi Kanjuruhan, yang mana ada gerakan aparat membawa gas air mata, padahal pertandingan belum usai.
Kabagpenum Divisi Humas Mabes Polri Kombes Nurul Azizah mengatakan penyidik masih melakukan penyidikan terkait dugaan tersebut.
"Tim masih bekerja. Jika ada perkembangan, nanti akan diinformasikan," kata Kombes Nurul Azizah seusai dihubungi, Selasa (11/10/2022).
Kombes Nurul menjelaskan pihaknya akan bekerja maksimal mengungkap tragedi Kanjuruhan sebagaimana perintah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Meski demikian, dia mengaku belum dapat merinci terkait dugaan adanya mobiliasi aparat yang mengawal keamanan pertandingan derbi Jatim teraebut.
"Komitmen Kapolri untuk usut tuntas kasus tersebut," tegasnya.
Seperti diketahui, tragedi Kanjuruhan mengakibatkan 131 orang meninggal dunia dan 583 orang luka-luka.
Tragedi itu disebut bermula saat aparat melontarkan gas air mata untuk menghalau massa yang ricuh di lapangan seusai laga Arema FC menjamu Persebaya Surabaya. (lpk/ebs)
Load more