"Yang kedua, saya menilai perkara ini adalah bukti bahwa sistem pembinaan karier dan sistem pemutasian di Polri ini belum on. Artinya kebijakan Kapolri belum didukung oleh aparat bawahannya," ungkapnya.
"Kenapa kok orang Teddy Minahasa bisa dipromosikan sampai 3 kali jadi Kapolda. dari jabatannya strategis betul, artinya di dalam tubuh polri sendiri tidak mampu memantau karir seseorang, tidak mampu memantau kepribadian,"sambungnya.
Lebih lanjut, Eks Kabareskrim Polri tahun 2008-2009 ini menaruh curiga, apakah sistem pembinaan karier yang diberlakukan adalah karena kedekatan atau karena kemampuan finansial dari Irjen Teddy Minahasa.
"Kemudian saya bercuriga, apakah pak Teddy Minahasa ini punya kemampuan finansial yang lebih sehingga dia dipromosikan sampai 3 kali jadi Kapolda.
"Kok seperti tidak ada orang lain saja, Seorang jadi Kapolda sampai tiga kali, empat kali. Sedangkan orang lain bermimpi saja tidak boleh. Apa ini pembinaan karir?" terangnya.
Lebih lanjut, Susno Duadji berharap agar semua kejadian ini terpantau oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
"Apakah pak sigit tidak melihat seseorang yang sebelum di tanda tangani jadi Kapolda, bahwa dia itu sudah tiga kali jadi Kapolda, mau yang berapa kali jadi kapolres. Ya itu dipantau dong." terangnya.
Menurut Susno Duadji, Karier Irjen Teddy Minahasa moncer tapi tidak dengan prestasinya. Maka dari itu ia menilai ada yang salah sistem pembinaan karier dari polri.
"Kalau saya, kariernya moncer oke, tapi saya menilai prestasinya tidak moncer. Nah maka ini pembinaan karier di dalam tubuh Polri bukan berdasarkan prestasi tapi berdasarkan jauh dekat kayak oplet, mungkin dia karena kedekatan finansial atau kedekatan apa sehingga dengan pejabat-pejabat di Markas besar untuk mempromosikan sehingga nama dia selalu terpantau.
Penangkapan Irjen Teddy Minahasa
Load more