Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian dan pengembangan biosimilar insulin untuk mendukung kemandirian Indonesia dalam menyediakan obat diabetes.
"Untuk berkontribusi dalam penyediaan insulin dalam negeri, dilakukan penelitian dan pengembangan biosimilar insulin," kata peneliti Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN Dini Nurdiani dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Penelitian tersebut memiliki target fokus untuk menghasilkan tiga jenis insulin dan analognya, yaitu humulin, glargine dan aspart yang memiliki tipe aksi berturut-turut pendek, panjang dan cepat serta enzim-enzim pendukung untuk pematangan insulin, yakni tripsin dan kex2-endoprotease.
Dini mengatakan saat ini Indonesia termasuk negara dengan jumlah penderita diabetes peringkat lima terbesar di dunia. Kemudian, tiga dari 10 obat generik teratas di Indonesia adalah analog insulin yang semuanya disediakan melalui impor.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 8,5 persen dan biaya obat diabetes mellitus membebani Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Dini menuturkan sejak awal kegiatan riset biosimilar insulin direncanakan untuk dikerjakan oleh konsorsium dan merupakan salah satu prioritas riset nasional (PRN).
Sejak 2019 diskusi terkait pembentukan konsorsium pengembangan biosimilar insulin sudah dilakukan dengan melibatkan beberapa institusi diantaranya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang sekarang sudah terintegrasi ke BRIN.
Kemudian, kalangan universitas diwakili Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Airlangga (Unair). Sedangkan Biofarma mewakili pihak industri, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mewakili regulator.
Load more