Jakarta – Akmal Nasery Basral, seorang sastrawan penerima penghargaan National Writer’s Award 2021 dari Perkumpulan Penulis Nasional SATUPENA, akan kembali menerbitkan buku di ajang Indonesia International Book Fair (IIBF) 2022 di Jakarta pada tanggal 9-13 November 2022. Peluncuran ini akan menjadi hattrick untuk Akmal, dimana sebelumnya telah meluncurkan buku pada dua ajang IIBF sebelumnya (2020 + 2021).Gitasmara Semesta: Dilarang Bercanda dengan Kenangan 2 (IIBF 2020) dan Kincir Waktu 1 (IIBF 2021) yang mendapat respon positif dari publik.
Buku yang akan diluncurkan dalam IIBF 2022 akan menceritakan sebuah perjalanan seorang chef dan ini merupakan hal baru bagi Akmal.
Penulisan biografi bermula dari kegelisahan Chef Degan, mantan juri MasterChef Indonesia musim kedua dan ketiga (2012-2013) serta Junior MasterChef Indonesia musim pertama (2014), melihat profesi chef yang sering salah dipersepsi di tanah air.
“Seakan-akan dengan bisa membuat 1-2 masakan atau ikut les masak, seseorang bisa disebut chef dan hidup glamor seperti rock star,” ujar pria kelahiran Jakarta yang menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja selama 14 tahun di Jerman sebelum kembali ke tanah air di akhir tahun 80-an.
“Gelar chef itu paralel dengan jenderal di dunia militer. Banyak jenjang harus dilalui sebelum sampai ke sana, banyak ujian dan pengorbanannya,” lanjutnya.
Pada tahun 2019, Chef Degan yang menyukai novel-novel political thriller karya Akmal terutama Trilogi Imperia (Ilusi Imperia, Rahasia Imperia, Coda Imperia), mengontak penulis berdarah Minangkabau itu, untuk menjajaki peluang penulisan biografi sebagai ikhtiar menjelaskan kepada publik tentang profesi chef yang lebih akurat, selain sebagai dokumentasi kisah hidup dan perjalanan kariernya di mancanegara (Jerman, Indonesia, Kepulauan Bahama, Thailand, Cina, Sri Lanka, Maroko, Australia, Prancis, Inggris) yang tak mudah.
Akmal yang sebelumnya lebih banyak menggarap novelisasi tokoh sejarah seperti Sang Pencerah (kisah KH Ahmad Dahlan), Presiden Prawinegara (kisah Mr. Sjafruddin Prawiranegara di era PDRI), atau dwilogi novelisasi kisah hidup Buya Hamka melalui Setangkai Pena di Taman Pujangga dan Serangkai Makna di Mihrab Ulama, menyetujui usul Chef Degan itu.
Load more