Jakarta - Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, mengklarifikasi munculnya klaster covid-19 di sekolah-sekolah usai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai digelar.
Nadiem mengakui data yang sebelumnya beredar bahwa ada ribuan guru dan murid positif covid-19 adalah data yang salah. Data kasus positif itu justru melampaui jumlah murid di sekolah-sekolah tersebut.
"Angka yang kemarin disebut 15 ribu murid dan 7 ribu guru positif covid 19 itu berdasarkan laporan data mentah yang ternyata banyak sekali erornya. Contohnya banyak sekali yang melaporkan jumlah positif covid itu melampui jumlah murid-murid di sekolahnya." Ujar Nadiem dalam keterangan persnya secara virtual bersama Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan, Senin (27/9) sore.
Lebih lanjut Mendikbud Ristek juga mengakui bahwa ada kesalahpahaman mengenai munculnya klaster covid saat PTM mulai digelar di sejumlah daerah.
"Beberapa misskonsepsi yang patut diluruskan, bahwa angka 2,8 persen satuan pendidikan itu data kumulatif bukan data persatubulan. Jadi semua dari seluruh masa covid ini, bukan dari bulan terakhir dimana PTM terjadi. Itu pun 2,8 persen dari sekolah yang dilaporkan oleh sekolahnya ada yang covid itu pun belum tentu mereka melaksanakan PTM."
Untuk memastikan kegiatan PTM berjalan lancar dan aman, kemendikbud akan melakukan tes acak covid-19 di sekolah-sekolah. Hasil tes ini dharapkan lebih valid. Jika ditemukan ada yang positif covid lebih dari 5 persen, maka sekolah tersebut akan ditutup sementara.
"Untuk memastikan sekolah-sekolah mendukung fasilitas random testing sampling, dan kita akan menutup sekolah dimana kalau sudah melampaui 5 persen positif rate. Jadi secara klinis dan secara statistik jauh lebih valid dan jauh lebih targeted dan tidak merugikan. (Yang) Kedua adalah mengintegrasikan (aplikasi) pedulilindungi dan mengimplementasi program itu disekolah." tambah Nadiem.
Load more